Lihat ke Halaman Asli

Kumpulan Puisiku

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dingin

Kudekap ketiak malam

Gigil menahan eja asmamu

Kaku terbaring anganku

Mengukir galau dalam benak

Gelap semakin mengendap

Bisu agas meronta geliat

Menyulam sayap menyeringai

dingin menekat diantara

panjang jalan terhitung

tinggal separoh gelap meredup

Saat tiba

Perpejam

Nganga

Tinggal satu nafas

Melesat…

Pintu ubun terbuka

Memmucat pasi

Seputih kapas

Dingin…

Petani Usang

Siang tegak lurus penuh peluh

Enggah nafas lalu lalang

Demi sesuap dan seteguk

Impas tulang belulang kering

Kulit kerut mengalur

Sungai keringat kehulu

Tuk sisa esok

Menanti senja tiba

Raga tak berjiwa

Terkapar hingga caci mengalir

tergolek dera ragapun tak bedaya

tersisa selembar sungging
jiwa gila bagai binatang

egois tak sanggup raih jiwanya

Kursi

Itu kemarin, kursi masih diam

Sekarang setelah ada kau

Selalu bergoyang-goyang

Menengadah lalu menunduk

Tahukah kau…

Kursi itu penuh bangsat

Tempat tikus buncit

Taring atssnya ompong

Taring bawahnya tajam

Tahukah kau…

Walau aku katakana singgasana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline