Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Sarjana, Apoteker

Ketika Diri Bercermin

Diperbarui: 4 September 2020   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat berjumpa kembali, semoga keselamatan dan rahmat Allah selalu tercurah bagi kita semua, amiin.

Pengguna utama cermin, umumnya kaum hawa. Oleh beliau -- beliau ini, cermin dipergunakan saat berhias manakala beliau akan berpergian dan atau keperluan lainnya. Biasanya cermin ini dipergunakan untuk mengamati bayangan dirinya yang ada dalam cermin, apakah bayangan dirinya sudah sesuai dengan tata rias yang diinginkan atau belum. Bila belum, sudah barang tentu ditambah ini, ditambah itu, digeser kesana, digeser kesini, sehingga tampak cantik, anggun dan elok dipandang mata.

Saat ini tampaknya perjalanan penulis telah sampai di depan cermin, yang penulis beri bingkai "Perjalanan Seorang Muslim". Cermin ini serupa tetapi tidak sama dengan cermin dimaksud pada uraian sebelumnya. Karena cermin ini memang sengaja penulis persiapkan, sudah barang tentu akan penulis pergunakan untuk bercermin diri. Apakah bayangan diri penulis yang tampak didalam cermin tersebut, sudah sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah yang penulis kemas dalam tulisan serial "Kehidupan Manusia Menurut Islam" (P), atau belum. Apabila sudah sesuai alhamdulillah, ke depan tinggal memperdalam dan melestarikannya, serta menyampaikan kepada keluarga, anak -- cucu dan keturunan khususnya, serta khalayak pada umumnya. Tetapi bila dari dalam cermin penulis masih melihat bayangan yang belum tepat, insya-Allah penulis masih mempunyai waktu untuk memperbaikinya sesuai perintah dan petunjuk Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. 

Materi cermin ini, tidak lain merupakan tutur kata, dan tingkah laku, serta perbuatan nyata, yang penulis alami sejak pra sekolah, hingga saat ini ( D ). Dan sudah barang tentu  penulis tulis sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya, tanpa ditambah -- tambahi agar kelihatan menjadi seperti orang baik. Karena apakah penulis termasuk orang baik, tidak perlu ditonjol - tonjolkan, toh Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang dikerjakan umatnya. Karena Allah ora sare ( tidak tidur ). Penulispun menyadari bahwa untuk menilai diri penulis bukan hak dari diri penulis sendiri, tetapi penilaian atas diri penulis biarlah orang lain yang menilainya. 

Dengan terwujudnya cermin ini, mudah -- mudahan dapat memudahkan penulis untuk mengevaluasi atau meneliti diri penulis selama ini ( C ). Apakah tingkah laku, perbuatan dalam keseharian selama ini, telah sesuai dengan apa yang penulis katakan atau belum. Karena hanya diri sendirilah yang dapat merasakan, apa yang ada dalam roso pangroso penulis. Dan sudah barang tentu pula, hanya penulis sendiri yang dapat melakukan langkah tindak untuk memperbaikinya (A).

Bhakti penulis kepada masyarakat, awalnya penulis wujud-nyatakan atau penulis realisasikan melalui Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian Semarang Jawa Tengah, walau latar belakang pendidikan penulis Farmasi. Seiring dengan tuntutan  perkembangan zamannya, penulis mengakhiri tugas kedinasan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, Kabupaten Lampung Timur. Dalam bhakti penulis ini, penulis berikan apa yang penulis bisa kepada masyarakat. Agar masyarakat dapat menciptakan lapangan kerja dan atau kesempatan berusaha baru, serta mengembangkan usahanya demi pemenuhan akan kebutuhan sandang, pangan dan papannya ( kebutuhan duniawiyah ).

Alhamdulillah setelah purna tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil, Allah masih memberi penulis kesempatan untuk mengestafetkan sedikit ilmu Farmasi yang ada dalam diri penulis kepada generasi penerus. Penulis ikhlas memberikan pengetahuan dibidang Farmasi, dengan pertimbangan; sedikit ilmu yang penulis miliki agaknya akan lebih bermanfaat bila diberikan kepada generasi penerus, dari pada hilang percuma dibawa kembali menghadap Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, pada saatnya nanti. Oleh karena itu, sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 penulis memberi kuliah di Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Jurusan Farmasi. Harapan penulis lebih lanjut, agar dengan sedikit ilmu dan keterampilan yang penulis berikan tadi, mereka dapat menggunakannya untuk berkarya demi memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan dan papannya, disatu sisi.

Tetapi kalau hanya sampai di satu sisi itu saja lalu berhenti, berarti penulis belum dapat  melaksanakan petunjuk Allah Swt. dengan benar dan tepat. Allah menciptakan dunia seisinya termasuk diri penulis, dalam keadaan seimbang. Saat dilahirkan, tentunya kondisi lahiriyah dan kondisi batiniyah penulis seimbang. Oleh karena itu, dalam keadaan bagaimanapun, penulis harus berusaha agar kondisi tadi tetap terjaga keseimbangannya sampai akhir hayat penulis.

Penulis akan salah besar manakala yang penulis berikan dan atau penulis tinggalkan kepada keluarga, anak -- cucu dan keturunan, serta khalayak umumnya, hanya ilmu dan keterampilan untuk mengejar kemapanan hidup duniawiyah belaka. Tanpa diimbangi upaya mewujudkan kemapanan hidup, di alam keabadian atau di alam kelanggengan kelak. Untuk menghindarkan terjadinya ketidak seimbangan, maka kiprah penulis diatas dunia ini penulis dasari dengan keyakinan Iman--Islam; Yang penulis wujud-nyatakan kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dalam keseharian penulis. Sebagaimana terukir dalam tulisan dengan bingkai "Perjalanan Seorang Muslim".

Sedangkan bekal batiniyah sebagai penyeimbang, yang tidak lain adalah merupakan pedoman hidup sekaligus merupakan kendali hidup penulispun, telah penulis siapkan melalui tulisan serial "Kehidupan Manusia Menurut Islam". Yang kesemua tulisan tadi, tidak lain merupakan pedoman atau standar jati diri penulis sebagai manusia, yang bersumber dari Al Qur'an dan Hadits.

Sampai disini penulis tersenyum sendiri, pasalnya teringat masa lalu. Saat mengikuti penataran Penerapan Standardisasi Industri di Jakarta, salah satu materi yang diajarkan adalah Total Quality Control ( TQC ). Diberikan oleh pemateri dari PT. ASTRA, maaf penulis lupa nama beliau, maklum itu terjadi sekian puluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 1985. Beliau mengatakan, agar industri dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan mutu produk industrinya secara berkelanjutan, hendaklah menerapkan siklus DEMMING, yang terdiri dari 4 butir yaitu PDCA ( Plan, Do, Check, Action ).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline