Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Sarjana, Apoteker

Kidung Pemut 4 J

Diperbarui: 1 Juni 2017   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kidung Pemut 4 J

Ada ungkapan indah untuk menggambarkan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, yaitu bak dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, kalau kedua sisi mata uang tersebut dipisahkan, sudah bukan uang lagi namanya dan sudah tidak punya nilai atau sudah tidak berharga lagi. Senada dengan ungkapan indah tadi, tampaknya akan bijak bila digunakan untuk memahami makna bathiniyah taqwa, yaitu bak dua sisi taqwa yang tidak dapat dipisahkanArtinya, sudah tidak bermakna taqwa lagi bila kedua sisi dipisahkan.

Apa kedua sisi tersebut? Untuk memahaminya, mari kita simak ulang surat Al Baqarah ayat 177 berikut : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Sisi pertama yaitu beriman atau percaya kepada : Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi,sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Sisi ini merupakan cara membangun pondasi diri, dalam mengenali siapa sejatinya manusia. Sebagai perwujudan sabda Nabi, kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu (Arab = “man arofa naf sahu wakot arofa rabbahu” ). Dengan terbangunnya pondasi yang kokoh dalam diri setiap manusia, insya-Allah akan dapat memancar luaskan si’ar Islam keseluruh penjuru dunia.

Sisi pertama ini sungguh sangat berat, karena kesemuanya bersifat ghaib atau tan kasat mata, kita tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri. Dan hanya didasari atas iman atau percaya dan meyakini akan kebenarannya. Sudahkah kita dapat mengamalkannya dengan baik? Mari kita uji bersama. Boro – boro yang tidak kelihatan dapat dilaksanakan dengan baik, selagi yang tampak nyata saja dilanggar seenaknya tanpa merasa bersalah. Misal. Waktu berkendaraan sampai di lampu lalu lintas, jelas – jelas lampu menyala berwarna merah, terabas saja tanpa merasa bersalah.

Kita selalu berucap Tuhan Maha Kuasa, dalam kenyataan sering kita melihat diberi uang agar membunuh orang, menghujat orang, memfitnah orang, merusak tempat kegiatan orang, berbuat onar dan lain – lain perbuatan jahat, dilaksanakan. Dengan mengucap: Allahhuakbar, dengan bangganya lalu membunuh orang, Allahhuakbar dengan bangganya lalu melakukan perbuatan tercela sesuai perintah pemberi uang. Sadarkah bahwa sesungguhnya perbuatan tersebut menunjukkan uang lebih berkuasa dari pada Tuhan yang katanya diimani dan dicintai? Hati – hati, mengimani bukan hanya sampai diucapan belaka, tetapi hendaknya tercermin didalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari – hari.

Untuk melatih diri dalam mewujud - nyatakan iman kepada Tuhan Dzad Yang Maha Ghaib, hendaklah kita memahami siapa diri kita ini. Karena sesungguhnya manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang tampak nyata atau lahiriyah dan unsur tan kasat mata atau ghaib atau bathiniyah. Untuk mengingat kembali silahkan dibaca artikel dengan judul Siapa Aku 1 s . d 7. Jadi kalau memang kita mengimani atau mempercayainya, hendaklah diyakini dan dilaksanakan secara utuh lahir dan bathin, tidak hanya berhenti sampai diucapan belaka.

Selanjutnya iman  atau percaya kepada hari kemudian.

Kita sebagai umat  beragama ( apapun agamanya ) mempercayai bahwa jodoh, mati dan rizki, Allah yang mengaturnya. Untuk memahami adanya hari kemudian, dan agar bermuara kepada beriman kepada hari kemudian, mari kita simak  Surat Al Baqarah  ayat 28 yang menyatakan : Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Dari firman Allah tersebut, dapat dipahami bahwa siklus  kehidupan manusia terdiri 4 etape yaitu etape kematian, disusul etape kehidupan, kemudian etape kematian dan terakhir etape kehidupan. Hakekatnya adalah: Etape pertama atau etape kematian, yaitu periode saat manusia dalam kandungan ibu, yang normalnya akan lahir setelah berumur 9 bulan 10 hari. Namun demikian, banyak juga yang lahir sebelum atau sesudah waktu itu. Ini menunjukkan, walau dalam satu periode namun umur bayi dalam kandungan yang satu, dengan yang lain berbeda.

Etape keduaatau etape kehidupan adalah merupakan periode setelah manusia dilahirkan, berarti kondisi kita saat diatas dunia ini. Disinipun umur masing – masing manusia berbeda satu dengan lainnya. Ada yang baru lahir, terus meninggal. Ada yang masih kanak–kanak, sudah meninggal. Ada pula yang masih remaja, sudah meninggal.  Ada yang sudah lanjut usia, baru meninggal. Demikian seterusnya, hingga masing – masing manusia akan meninggal pada saat yang telah ditentukan oleh Allah Swt. TuhanYang Maha Pencipta. Manusia tidak dapat mengundurkan atau memajukannya, walau hanya sedetik sekalipun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline