Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Sarjana, Apoteker

Napak Tilas 3 Nabi (1)

Diperbarui: 28 Juni 2016   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mimpi – mimpi indah dan menakjubkan yang bermakna petunjuk dan perintah bagi saya, selalu teringat sampai kapanpun, dan bahkan saya dapat mendokumentasikannya. Namun sebaliknya mimpi – mimpi yang tidak bermakna petunjuk dan perintah Allah, begitu terjaga sudah lupa mimpi apa saya semalam.

Sampai suatu malam tepatnya malam ke 3 Ramadhan 1426 H atau 11 – Oktober – 2005, saya mimpi berkunjung ke rumah mantan Kakandep Agama Kab. Lampung Selatan, Drs. Gafur Fanani namanya. Sayapun tidak tahu, siapa yang memerintahkan atau yang mengundang saya ke rumah pak Gafur.

Ketika sampai di tempat yang dituju, saya tercengang karena suasana lingkungannya sangat jauh berbeda, dengan lingkungan rumah pak Gafur. Rumah pak Gafur yang senyatanya, berlokasi ditengah permukiman penduduk. Sedangkan sekeliling rumah yang saya kunjungi di alam mimpi, sejauh – jauh mata memandang hanya berupa hamparan tanah kosong dan gersang tiada batas, layaknya tanah yang telah diolah dan siap ditanami, tidak ada rumput yang tumbuh apalagi pepohonan.

Hanya ada satu rumah, berupa rumah utama dan pendopo terbuka menyatu disamping kirinya. Hal lain yang saya lihat, bagian depan rumah utama ada terasnya. Risplang rumah utama dan pendopo, dikelilingi oleh bokhlam lampu listrik kuning cahayanya, kelihatan nyaman dan asri. Dibelakang rumah utama dan pendopo, terhampar lembah kering tidak berair.  

Secara ke seluruhan areal tersebut terang benderang, tetapi saya tidak melihat adanya matahari atau bulan. Sehingga saya tidak tahu apakah saat itu malam atau siang hari. Juga saya tidak tahu, rumah utama dan pendopo tadi menghadap kemana. Karena jujur saja, saat itu saya juga tidak tahu kiblat.

Selama saya berada di pendopo rumah tersebut, tidak ada seorangpun yang dapat saya temui, apalagi pak Gafur. Mengagumkan memang, karena dalam kondisi lokasi sedemikian tadi, saya tidak merasakan kegerahan.

Sampai disitu, istri membangunkan karena memang sudah waktunya untuk sahur. Sambil sahur saya ceritakan secara singkat kepada istri, tentang keelokan mimpi tersebut.

Usai sembahyang subuh, saya lalu menganalisis makna mimpi tersebut. Spontan saya merasakan dan memahami, kalau mimpi tersebut berkaitan dengan agama atau keyakinan saya. Karena dalam mimpi, saya ketempat teman yang ketika masih dinas dulu, beliau dipercaya sebagai Kepala Kandep Agama, sedang saya sendiri sebagai Kepala Kandep Perindustriaan dan Perdagangan Kab. Lampung Selatan.

Terbayang dalam benak saya Al Gafur adalah salah satu nama Allah. Lalu saya mengambil buku kecil tentang Asmaul husna. Dalam buku ini, dikatakan Al Ghafur. Dialah Dzat Yang Maha Pengampun. Yang memberi ampun kepada hamba-Nya yang mau bertobat dengan sebenar – benarnya, walaupun mereka itu mempunyai dosa yang bertumpuk – tumpuk.

“Ya Allah Ya Tuhanku, apakah dengan peristiwa yang saya alami dialam mimpi tadi, dapat dikatakan bahwa saya mendapat pengampunan dosa atas segala kesalahan? Masa Suci Allah, hanya Allah Yang Maha Pengampun sajalah yang mengetahui”.

Analisis lebih mendalam, saya lalu membaca Al Qur’an, surat Ibrahim ayat 37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline