Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Sarjana, Apoteker

Siapa Aku (6)

Diperbarui: 26 Juni 2016   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membangun Pondasi DiriSudah seharusnya bila sabda Nabi “kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu”, kita kaji makna batiniyahnya, lalu kita posisikan sebagai tuntunan dan dilaksanakan untuk menemu-kenali siapa sejatinya diri manusia itu ( SIAPA AKU ).

Bila kalimat tadi diubah menjadi kalimat tanya, “mungkinkah mengenal Tuhan, sebelum mengenal diri sendiri”? Jawabannya tidak mungkin! Karena itu untuk  meningkatkan kadar ketaqwaan kita, mari berupaya mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Sebagai pondasi, dalam membangun manusia berakhlak mulia dan berbudi luhur. Insya-Allah dapat ditemukan, siapa sejatinya diri kita.

Nabi Adam, As. adalah manusia pertama ciptaan Tuhan. Diciptakan dari segumpal tanah. Di bentuk menjadi bentukan yang paling sempurna, diantara mahluk ciptaan Tuhan. Kemudian ditiupkan Ruh-Allah kedalamnya”. Dari untaian kalimat tadi, dapat disimpulkan bahwa manusia terdiri dari dua unsur besar yaitu : Pertama, unsur yang dapat dilihat oleh mata(nyata). Kedua, unsur yang tidak dapat dilihat oleh mata (ghaib). Jadi kalau kita mengaku sebagai manusia, hendaklah dapat mencerminkan kedua unsur tadi dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita, sehari - hari.

Benarkah manusia terdiri 2 unsur? Pertama mari kita uji kebenaran adanya unsur nyata. Ada orang berjalan kaki di jalan raya yang padat lalu lintasnya, kemudian kita bertanya kepada seseorang. Yang berjalan di jalan raya itu apa? Pasti dijawab orang ( manusia ).

Karena lengah atau pengemudi kebut - kebutan, orang tersebut tertabrak kendaraan dan meninggal. Lalu kita tanyakan kepada orang tadi, yang  dikerumuni  orang di tengah jalan itu apa? Pasti dijawab, mayat pejalan kaki. Disebut mayat karena hanya tinggal satu unsurnya saja yang ada, yaitu badan wadagnya. Sedangkan unsur ghaibnya, sudah tidak ada dan kembali ke Sang Maha Pencipta. Jadi bukan manusia lagi namanya, bila hanya ada satu unsur pembentuknya.

Kedua bagaimana kalau manusia dihilangkan unsur lahiriyah / badan wadagnya? Sebagai umat beragama (apapun agamanya), mempercayai adanya makhluk lain ciptaan Tuhan. Malaikat, jin, setan, iblis,  dan lain-lain sebutan yang digunakan orang, yang kesemuanya itu ada, tetapi tidak kelihatan. Jadi bukan manusia namanya, bila tidak ada badan wadagnya.

Ghaib manusia berupa Ruh-Allah, langsung berasal dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Karena itu manusia memiliki sifat Yang Maha Suci, benarkah?

Mari kita tanyakan kepada diri sendiri, apakah manusia mempunyai sifat pengasih? Tentu akan dijawab punya. Dan kita tahu pengasih itu sifat Allah Swt. Tuhan Maha Pengasih ( Ar Rohman).                              

Selanjutnya mari kita tanyakan, apakah manusia mempunyai sifat penyayang? Tentu akan dijawab punya. Kitapun tahu penyayang itu sifat Allah Swt. Tuhan Maha Penyayang ( Ar Rohim ).

Ar Rohman dan Ar Rohim merupakan nama - nama Allh Swt., silahkan anda buka asmaul husna. Dari uraian tersebut, silahkan disimpulkan sendiri SIAPA AKU sesungguhnya?

Untuk membantu menyimpulkan, mari kita baca surat Al Hadiid ayat 4 berikut. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline