Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Sarjana, Apoteker

Siapa Aku (5)

Diperbarui: 25 Juni 2016   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ngaji Al Qur’anAl Qur’an adalah firman berisi perintah dan petunjuk Tuhan. Diturunkan kepada Nabi Muhammad, SAW. melalui perantaraan Malaikat Jibril, untuk memperbaiki akhlak manusia dikala itu. Sebagai umat penganutnya, sudah barang tentu wajib mengaji dan melaksanakan makna yang terkandung didalamnya, demi terbangunnya manusia yang berakhlak mulia dan berbudi luhur.

Tuhan menciptakan semesta alam ini, dalam kondisi seimbang : Siang-malam, tua - muda, laki – laki - perempuan, senang - susah, kaya - miskin,  nyata - ghaib,   lahir - batin, hidup - mati, benar - salah, perintah - larangan dan seterusnya. Sudahkah dalam mengaji Al Qur’an, didasarkan atas petunjuk yang telah ditetapkan Tuhan tersebut?

Mari kita uji bersama. Buku kita tata dalam rak buku dengan posisi  berderet, dan judul  buku bertolak belakang dengan posisi dimana kita berada. Kemudian  mengajak  seseorang keposisi kita, untuk melihat deretan buku itu? Ketika ditanyakan, buku apa yang terdapat dalam deretan buku, orang tadi tidak dapat menjawab karena judul buku tidak terlihat. 

Setelah orang tadi diminta mendekati dan mengamati dengan cermat deretan buku, barulah seseorang tadi menyatakan bahwa umumnya buku kimia, sedangkan yang tiga adalah Al Qur’an. Mengapa yang tiga anda katakan Al Qur’an? Karena ketiga buku itu ditulis  dalam  tulisan  dan  bahasa Arab, jawab orang tadi.                                               

Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa jawaban tadi mengandung kebenaran dan juga kesalahan. Karena orang tadi hanya melihat deretan buku, dari sisi lahiriyahnya saja. Sebenarnya yang benar hanya ada satu kitab Al Qur’an dalam deretan buku tersebut, lainnya adalah buku kimia. Dua diantaranya ditulis dalam tulisan dan bahasa Arab, karena buku itu memang buku kimianya orang Arab. Kenyataan ini memberikan pembuktian nyata, kitab Al Qur’an bila dilihat dari sisi lahiriyahnya saja ( sampulnya saja ), tidak ada bedanya dengan buku pelajaran biasa. Seperti difirmankan dalam Surat Yasiin ayat 69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.

Setelah buku - buku kita kaji makna batiniyahnya, barulah kita dapat membedakan  dengan  buku  yang lain. Dan mengatakan  bahwa  buku atau kitab itu, adalah kitab Al Qur’an. Oleh karena itu, mari kita biasakan atau kita budayakan mengaji makna ayat – ayat Tuhan yang tertulis maupun ayat –ayat Tuhan yang tidak tertulis, secara lahiriyah dan batiniyah. Hasil kajiannya kita tempatkan dalam hati, agar dari dalam diri setiap orang terpancar cahaya terang benderang,siapa itu?Tidak lain adalah pancaran Nur Illahi.                                                

Bila seseorang telah dapat menempatkan makna batiniyah Al Qur’an dalam hatinya, isya-Allah  seseorang tadi akan dapat mewujud-nyatakan cahaya terang benderang dimuka bumi. Atau dengan kata lain, seseorang tadi  akan  dapat  mewujud - nyatakan  kedamaian diatas dunia ini. Demikian juga, seseorang akan dapat mewujud–nyatakan:  Keadilan, ketenteraman, kebenaran, keamanan, keselamatan, kasih - sayang, cinta – kasih, kepedulian, dan lain sebagainya diatas dunia ini;  apabila setiap orang telah mampu mewujud – nyatakan  hal  -  hal tersebut didalam dirinya sendiri.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline