Desakan buat mempertahankan Gus Miftah dalam jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Umat Beragama dan Pembangunan Sarana Ibadah mencerminkan betapa pentingnya peran beliau bagi berbagai kalangan. Berbagai pihak yang merasa bahwa sosok pemilik nama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman punya pengaruh besar dalam menjaga kerukunan antar umat beragama dan mendukung pembangunan sarana ibadah turut memberikan tekanan kepada Presiden Prabowo Subianto.
Aliansi Santri Jalanan, sebagai salah satu kelompok yang menggelar aksi, menuntut agar pengunduran diri Gus Miftah ditolak. Sunhaji, seorang penjual es teh yang sempat menjadi bagian dari kontroversi, juga membela pendiri Pondok Pesantren Ora Aji, Yogyakarta dan memohon agar keputusan mundur itu dibatalkan. Selain itu, KH Imam Jazuli, Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah, turut mendukung dengan alasan pentingnya peran Gus Miftah dalam menjaga keharmonisan antar umat. Tak ketinggalan, petisi online yang diprakarsai oleh Agus Saripin mengajak masyarakat untuk mendukung Gus Miftah agar tetap bertahan di Kabinet Merah Putih.
Namun, meskipun banyak pihak mengharapkan hal tersebut, keputusan untuk membiarkan Gus Miftah mundur dapat dipahami dalam konteks yang lebih luas, khususnya dalam menjaga prinsip ketegasan dalam kepemimpinan. Dalam hal ini, Prabowo selaku Presiden, harus menunjukkan bahwa tidak ada yang kebal terhadap prinsip pemerintahan yang harus mengutamakan integritas dan kestabilan.
Keputusan mantan Pangkostrad era Soeharto ini untuk membiarkan Gus Miftah mundur dari jabatan mencerminkan gaya kepemimpinan yang tegas dan berprinsip. Meskipun Gus Miftah dikenal dekat dengannya, Prabowo dengan bijak menunjukkan bahwa dalam dunia politik, kedekatan personal tidak boleh mengalahkan komitmen terhadap kepentingan publik dan integritas pemerintah. Dengan demikian, meski langkah ini tidak mudah, namun menjadi cerminan dari upaya menjaga keseimbangan dalam pemerintahan yang sehat dan tidak terpengaruh oleh dinamika pribadi.
Seperti telah diketahui, pengunduran diri Gus Miftah dipicu oleh kontroversi komentarnya yang dianggap menyinggung pedagang asongan. Walau ia menyebut langkah ini sebagai keputusan pribadi tanpa tekanan eksternal, keputusan tersebut menyiratkan adanya perbedaan pandangan yang tidak bisa dibiarkan. Dengan membiarkan Gus Miftah mundur, Prabowo mengirimkan pesan penting bahwa setiap elemen pemerintah, termasuk tokoh di lingkaran kekuasaan, Harus menjunjung nilai-nilai profesionalisme dan kepentingan publik, teristimewa dalam menjaga kewibawaan pucuk pimpinan negeri.
Keputusan ini juga menjadi sinyal bagi sekutu dan oposisi. Kepada oposisi, Prabowo menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan gerakan-gerakan yang bertujuan melucuti pengaruh dan kekuasaannya. Sementara kepada sekutu dan figur di lingkaran kekuasaan, ia memberi peringatan agar tidak bermanuver yang berpotensi mengkhianati atau mengganggu stabilitas pemerintahannya. Sikap ini sekaligus mencerminkan salah satu tujuan dalam propaganda sebagaimana dikemukakan oleh Harold Laswell (1927), yakni mempertahankan persahabatan dengan sekutu dan, jika mungkin, menjalin kerja sama dengan pihak-pihak netral.
Langkah tersebut menunjukkan pemahaman Prabowo tentang dinamika politik, di mana ketegasan harus diimbangi dengan kemampuan menjaga harmoni. Dengan memberikan ruang bagi Gus Miftah untuk 'resign', ia memperlihatkan keberanian mengambil keputusan yang mungkin tidak populer, tetapi penting demi menjaga integritas pemerintahan yang dipimpin olehnya.
Meski ada risiko hubungan dengan kelompok pendukung Gus Miftah menjadi renggang, keputusan ini tetap menunjukkan fokus Prabowo: menjaga stabilitas negara dan memastikan setiap tindakan berpihak pada kepentingan bangsa. Dalam sistem politik yang sehat, keseimbangan dan loyalitas hanya dapat terjaga jika kawan maupun lawan memahami batasan mereka. Dengan demikian, Prabowo membuktikan bahwa kepemimpinan sejati adalah perpaduan antara ketegasan, prinsip, dan kemampuan menjaga hubungan strategis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H