Lihat ke Halaman Asli

"Nggak Ada Wifi? Jangan Buka Warung Kopi"

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nggak ada wifi? Jangan buka warung kopi!” Demikian penuturan seorang teman saya yang sering ke warung kopi di Banda Aceh. Dia salah seorang penggemar setia warung kopi dan mengunjunginya setiap hari. Untuk menikmati kopi Aceh kah? Salah! Untuk menikmati internet gratis.

Hampir di setiap warung kopi di Banda Aceh kini dilengkapi oleh perangkat wifi, yang memungkinkan pengunjung untuk menggunakan fasilitas internet secara cuma-Cuma. Layanan internet gratis ini disediakan oleh pemilik warung kopi untuk menggaet pelanggan yang umumnya berusia muda dan gemar berselancar di internet. Maka tak mengherankan jika pemandangan warung kopi di Aceh terlihat seperti suasana kantoran. Hampir tidak ada satu meja pun yang tidak terdapat notebook costumer.

Dua hari yang lalu saya mengunjungi dua warung kopi berbeda di jalan T. Nyak Arief, Banda Aceh. Tujuan utama saya bukan untuk menikmati kopi, tapi sama seperti teman saya, untuk memanfaatkan wifi gratisnya. Hehe.. Ya, kebetulan saya sedang membuat website pribadi saya (http://bangrahmat.web.id) dan butuh koneksi internet yang cepat untuk memudahkan kerja saya itu. Bila di rumah, saya biasanya menggunakan layanan IM2. Kecepatannya tak lebih seperti kura-kura sedang reumatik. Jadi warung kopi jelas menjadi teman yang baik dalam kondisi seperti ini.

Pada saat saya datangi tempo hari, dua warung kopi di Jalan T. Nyak Arief sedang mengalami gangguan pada koneksi internetnya. “Gangguan di Speedy-nya, Bang.” Kata pemilik Warung Kopi Q & L ketika saya tanyai. Dia terlihat sibuk menelpon dengan wajah tampak gelisah sambil sesekali terdengar mengeluh karena internetnya macet. Pengunjung warung kopinya jadi sepi.

Setelah mendapat penjelasan seperti itu, saya pun berpindah ke Wifi Zone, warung kopi bergaya anak muda yang juga masih di kawasan Jalan T. Nyak Arief Banda Aceh. Setelah saya nyalakan notebook saya, rupanya juga tidak mau terhubung. Salah satu pelayannya menghampiri saya dan mengatakan, “Gangguan, Bang. Udah dari semalam.” Saya melihat sekeliling, meja di warung kopi itu banyak yang kosong. Pantas sajalah sepi.

Seperti inilah Banda Aceh saat ini, Kota yang pernah diupayakan untuk menjadi Cyber City oleh walikotanya. Saat ini tampaknya sedang terjadi transformasi besar-besaran di warung kopi. Yang datang ke warung kopi tidak lagi mementingkan cita rasa kopinya, tapi kecepatan internetnya.Jadi, saya kira wajar bila ada yang nyeletuk, "Nggak ada wifi? jangan buka warung kopi!" hehe....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline