Lihat ke Halaman Asli

gus fik

Mastering patience will mastering everything else.

Bagaimana Pandemi Berakhir

Diperbarui: 10 Juli 2021   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagaimana Pandemi Akan Berakhir.

Flu Spanyol yang memulai debutnya pada 1918 pada akhirnya selesai dengan sendirinya pada 1920, meski vaksin belum ditemukan. Meski flu tersebut masih berkeliaran dan tidak hilang sepenuhnya dari muka bumi, namun manusia sudah bisa beradaptasi dengan penyakit itu.
Pandemi dan apapun bencana yang menimpa manusia pada intinya mirip dengan semacam proses SELEKSI ALAM. Yang terkuat yang akan bisa bertahan.
Tiga tahun flu spanyol menelan korban 50 juta orang. Covid19 sampai dengan artikel ini ditulis sudah pada angka kematian 3,97 juta jiwa (05/07/2021).
Vaksin yang beredar bukanlah obat untuk covid19, dan obat dari flu yang 10x lipat dari flu biasa ini juga belum ditemukan, di tengah mutasi terus menerus virus. Sikon saat ini mungkin tidak separah pada saat flu Spanyol dimana angka kematian yang begitu besar dan kebingungan akan solusi yang belum ada dan belum tersedia di zamannya.
Saat ini meskipun ada sekian banyak kasus kematian yang menimpa warga dunia, namun ada secercah harapan yakni adanya mereka yang berhasil sembuh dari penyakit yang diderita berdasarkan data yang dilansir di media.
Ketakutan dan kepanikan hanya akan menurunkan imunitas tubuh. Sebaliknya ketenangan dan rasa kesabaran akan menghasilkan enzim kekebalan tubuh secara alami yang bisa membantu menangani serangan fisik dan psikis pandemi. Manusia diciptakan memiliki kekuatan dan potensi self-healing. Ini yang kadang kita lupa, manusia memiliki kekuatan survival yang luar biasa jika mereka tetap percaya dan tidak frustasi serta panik dengan kondisi di sekitarnya.
"Ojo wani-wani, ojo wedi-wedi, tenangno ati" Jangan terlalu berani, jangan terlalu panik, tetap fokus pada ketenangan hati.
Self-healing ini bisa dioptimalkan jika dan hanya jika perasaan dan psikologis manusia tersebut tetap terkendali dalam zona ketenangan bukan hanya berkutat dalam zona kepanikan dan ketakutan.
Rasa percaya pada kekuatan dan potensi diri, self-esteem inilah yang perlu dipupuk dan terus ditumbuhkan disamping upaya-upaya medis dan prokes yang sudah dan tengah dilakukan.
"Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh dari pengobatan, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan" demikian Ibnu Sina mengatakan.
Pandemi ini hanya akan berakhir jika kita semua siap mengakhirinya, atau berakhir dengan sendirinya dengan 'kecuekan' kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline