Lihat ke Halaman Asli

gus fik

Mastering patience will mastering everything else.

Berpuasa dengan Menghormati yang Tidak Berpuasa

Diperbarui: 8 Juni 2017   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar dari http://binkdotz.com

Esensi dari berpuasa adalah menahan diri. Program 1 bulan berpuasa adalah mekanisme training massal dari Tuhan untuk umatnya, agar bisa melembutkan hati. 

Barometer keberhasilan dalam berpuasa adalah refleks empati yang luar biasa tinggi dalam menyikapi kondisi sesama yang kesulitan mengakses pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari.

Kelembutan hati menjadi sebuah hasil pasti jika puasa dilakukan dengan benar. Kerasnya hati meski dalam kondisi berpuasa mengindikasikan tidak begitu berhasilnya makna dan tujuan berpuasa.

Maka, penting sekali, dalam berpuasa, tetap mendawamkan kalimat istighfar secara tidak terbatas dan tanpa hitungan supaya hati ter bersihkan secara komprehensif.

Istighfar, adalah sebuah pengakuan diri, bahwa masih banyaknya dosa baik secara lahir dan batin, dalam kondisi berpuasa sekalipun. 

Empati, berkorelasi positif dengan toleransi. Yang mana, 2 sifat di atas adalah salah satu resultan dari terkabulnya puasa yang dilakukan.

Pahala berpuasa, pada intinya tidak hanya bisa dirasakan di akhirat saja, namun bisa dipastikan dapat dirasakan juga di dunia.

Baiti jannati, begitu kata Nabi SAW.

Rumahku surgaku. Surga itu sudah dirasakan sejak di dunia. 

Dengan memiliki hati yang lembut dan penuh kasih sayang, sesungguhnya sudah mengindikasikan tertanamnya cabang dari tanaman surga di dalam hatinya.

Kedermawanan menarik pelakunya ke surga. Kikir menarik pelakunya ke neraka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline