Dulu, ada semacam opini yang berbunyi "Kurma tidak dapat berbuah pada bagian bumi yang tak pernah dipijak oleh nabi." Tentu saja opini sesat itu sudah terbantahkan dengan tumbuh dan berbuahnya tanaman kurma di California, Australia, Thailand, Malaysia dan terakhir di beberapa tempat di Indonesia.
Di Bangka, tepatnya 10 kilometer dari kota Pangkal Pinang, sudah ada enam hektar kebun kurma yang sudah mulai berproduksi. Tak lama lagi, 100 hektar kebuh kurma di Aceh juga bakal menyusul.
Menurut ahli perkurmaan, di dunia ini ada lebih dari 1.600 jenis kurma. Kurma termasuk palma yang paling beragam variannya. Harga buahnya juga sangat variatif.
Mulai yang termurah, kurma mesir alias kurma curah yang ‘cuma’ seharga Rp.20.000/kg, sampai kepada kurma ajwa (kurma nabi) yang dibanderol seharga 350-500 ribu rupiah per kilogram tergantung ukuran buah. Makin besar makin mahal. Sedangkan kurma lulu (kurma madu) yang kemarin penulis beli, harganya Rp.110.000/kg.
Dewasa ini di Indonesia ada sementara pihak yang berusaha mengembangkan pertanaman kurma (baca : jualan bibit kurma) dengan motto menanam satu batang pohon kurma sama hasilnya dengan menanam satu hektar sawit.
Sebagai sesama penangkar bibit tanaman, saran saya, kalau promosi ya jangan terlalu bombastis begitu. Kalau ada pemula yang tak mencapai parameter motto, nanti kita dianggap PHP. Lagi pula, resiko gagal menanam satu batang kurma berbanding menanam satu hektar sawit adalah 133 kali lebih besar. Belum lagi soal adaptasi alam yang belum pasti dan teknik budidaya yang masih minim.
Namun begitu, ada satu hal yang sangat mengembirakan para peminat pertanaman kurma di Indonesia. Tanaman kurma yang di tempat asalnya, jazirah Arab, butuh waktu sampai sepuluh tahun baru dapat berproduksi, di Indonesia hanya butuh waktu setengahnya. Mungkin karena tanah kita jauh lebih subur dari pada tanah Arabia yang terkenal tandus dan kadar pasirnya terlalu tinggi.
Di Indonesia, tanaman kurma cocok dibudidayakan di dataran rendah. Tempat di mana cahaya matahari bersinar penuh, cuaca panas di siang hari dan air tanahnya dekat.
Daun kurma memang membutuhkan paparan cahaya dan suhu yang relatif tinggi, namun akarnya membutuhkan banyak air. Itulah sebabnya, di negeri asal, kebun kurma umumnya dipasangi irigasi pipa.
Kendala utama pengembangan kurma di negeri kita adalah sulit dan mahalnya harga bibit. Jangan terkejut jika bibit kurma varietas KL1, asal Thailand, dikembangkan dengan teknik kultur jaringan, umur setahun setengah sampai dua tahun, harga perbatangnya adalah satu setengah juta rupiah!
Kurma termasuk palma dengan kelamin terpisah atau berumah dua. Ada jantan dan ada betina. Yang bisa menghasilkan buah hanyalah yang berkelamin betina, sedangkan yang jantan hanya menghasilkan serbuk sari atau polen. Penyerbukan (polinasi/pendebungan) kurma biasanya juga dilakukan dengan cara buatan atau dengan bantuan manusia, seperti pada proses penyerbukan tanaman salak.