Lihat ke Halaman Asli

Bang Pilot

Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Tak Ada Lagi Humor di Kompasiana

Diperbarui: 26 November 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak ada lagi humor di Kompasiana. Tak ada lagi yang lucu di Kompasiana. Tak ada lagi hal yang mampu membuat otak-otak yang nyaris gila ini menjadi segar lalu waras kembali. Yang ada hanyalah tulisan-tulisan absurd yang bikin kening berkerut kayak jeruk purut. Tulisan palsu yang membahas seribu kepalsuan orang-orang palsu rebutan dunia yang serba palsu. Tulisan yang bikin eneg dan stress tingkat dewa. Tulisan yang hanya akan menambah jumlah penghuni rumah sakit jiwa. Tulisan yang makin menyiksa jiwa-jiwa di neraka.

Dulu, konon, ada segelintir orang sedeng yang suka menulis humor. Kadang berbentuk humor singkat, humor lokal, humor jadul, humor copasan sampai humor berbau lendir. Tapi belakangan mereka lalu ditangkap, ditelanjangi, dibunuh, mayatnya dicincang halus lalu diumpankan ke mulut buaya. Mengapa? Karena humor-humor mereka dianggap sampah, gaya badut,tak bermutu, menurunkan imej, kasar lagi kotor, mempermalukan korps dan melanggar pakem. Mereka tak layak hidup hingga harus dibasmi sampai ke akar-akarnya!

Sebagian dari humorist yang selamat dari ladang pembantaian itu ada yang lari ke Suriah, mencoba peruntungan dengan menjadi badut di depan pasukan ISIS yang telah lelah bertempur. Ada pula yang menjadi penjual sekoteng di perempatan Sarkem, merangkap jadi penjual togel. Sebagian lainnya memilih menjadi penyair jalanan, sembari menenteng gitar dari kotak sabun. Ada pula yang ikut operasi kelamin agar tak terdeteksi pasukan penghancur humor.

Kompasiana kini garing. Kering tak bermaya.Tak ada lagi riuh rendah tawa berderai sampai guling-guling menahan sakit perut karena rasa lucu yang luar biasa. Suasana kering kerontang. Hanya ada pasir panas yang terlempar ke sana-sini. Manusia-manusia setengah robot berlomba menjadi yang terbaik. Seringai serigala tergambar di setiap sudut baca. Jari-jari berkuku hitam siap menerkam siapa saja yang coba memancing tawa.

Layar ditutup. Lampu padam. Suasana hening. Paku mati. Kegelapan mendekap sukma. Tiba-tiba orang-orang keluar dengan kepala yang saling tertukar.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline