Salik adalah orang yang sedang dalam proses pencarian Tuhan. Perjalanan salik dilakukan para sufi yang baru akan menyelesaikan masa belajarnya. Mereka berjalan kaki menyusuri ruang dan waktu, untuk melihat dan menemukan keagungan Tuhan sang maha pencipta. Salik kadang dilakukan berombongan, dengan diketuai oleh seorang wakil mursyid (guru), tapi seringnya hanya dilakukan sendirian.
Di sepanjang perjalanan, jika bertemu orang pandai, mereka akan belajar. Jika tidak, maka mereka akan mengajar. Bila bertemu orang sakit yang belum mendapat perobatan, mereka akan berusaha menolong, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka yakini. Mereka harus mengabdikan diri kepada sesama manusia, sebagai jalan untuk menemukan Tuhannya. Alur tangga pengenalan itu adalah : mengenal alam, mengenal diri sendiri lalu mengenal Tuhan.
Sepanjang perjalanan, salik biasanya tidur di masjid atau musholla. Kadang di rumah penduduk yang bersedia menampungnya sekedar satu malam. Tak jarang juga harus bermalam di tengah hutan, atau padang semak belukar. Bersatu dengan alam.
Memberi kebaikan dan menerima kebaikan, adalah sunatullah yang mereka jalani.
Mendalami ilmu tauhid, dengan cara membaca kitab alam yang terbentang, dan merasakan derita makhluk dunia, itulah ujian yang bakal menempa para salik agar bisa menjadi insan yang kamil.
Tiap langkah salik adalah zikir, dan tiap pandangan mata adalah fikir. Mereka dilepas untuk tak boleh mengeluh, apalagi menyerah.
Para salik biasanya tak ada yang berani meninggalkan syariat selama perjalanan nan berat itu. Mereka berpuasa menahan lapar dan dahaga, menenteng bekal sekedarnya, sembari tetap melangkah sesuai arah yang sudah ditentukan oleh mursyid.
Bila seorang salik berbuat di luar ketentuan, maka, entah bagaimana caranya, musyid bisa tahu. Begitu pulang, kesalahan itu dikaji, lalu hukuman dijatuhkan. Hukuman paling berat adalah mengulang kembali proses salik dari awal.
Wahai para salik, di sini, di hatimu, Tuhan ada.
foto dokpri.