Lihat ke Halaman Asli

Bang Pilot

Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Oleh-Oleh dari Riau : Impian dan Tantangan

Diperbarui: 29 Agustus 2015   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bang Pilot baru pulang dari Riau. Membuka lahan di sana. Aslinya milik orang tua Bang Pilot. Tidak luas, cuma sekitar 3 hektar. Rencananya mau ditanami durian montong satu hektar, asam gelugur satu hektar dan aren satu hektar. Sebagai tumpangsarinya, singkong gajah akan ditanam selama tiga periode penanaman. Bang Pilot gak akan menanam kelapa sawit, atau karet, karena sudah terlalu banyak orang yang menanamnya. Lagi pula, nilai ekonomi sawit dan karet makin merosot akhir-akhir ini.

Lokasi itu tepatnya adalah di Dusun Bukit Kusuma, Desa Kusuma, Baserah, Kuantan Singingi, Riau.Topografi tanahnya berbukit-bukit manis. Ketinggian bukit sekitar 10 sampai 15 meter. Luas satu buah bukit sekitar 2-5 hektar. Ada ratusan bukit di sekitar situ. Di bawah bukit biasanya mengalir air berwarna kuning kecoklatan di parit-parit kecil. Kadang ada juga genangan rawa. Beberapa jenis ikan riang berenang di dalamnya.

Jenis tanahnya adalah tanah kuning gembur berlempung sedikit berpasir. Kedalaman tanah di rendahan sekitar 3 meter. Dibawahnya lagi akan ditemukan batubara muda. Batubara yang masih sangat muda bahkan, karena dari bongkahan-bongkahan hitam mirip arang itu masih terlihat lapisan berwarna coklat dengan urat kayu yang masih jelas. Hal itu kami ketahui saat menggali sumur untuk sanitasi di sana.

Yang menakjubkan, meskipun berwarna kuning merata, tanah di sana sangatlah subur. Jenis tanaman yang cocok dikembangkan adalah sawit, karet, kelapa, mangga, aren, durian, jambu-jambuan, tebu, singkong, rambutan, nangka, matoa, dan nangka belanda alias sirsak. Sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan juga dapat tumbuh dengan suburnya. Yang kurang cocok adalah nenas, pisang dan pepaya, serta kelengkeng.

Kendala di lapangan adalah jauhnya transportasi. Juga mahalnya semua harga komponen pendukung hidup dan komponen pendukung pertanian. Kendala lain adalah masih banyaknya hewan liar yang berpotensi menjadi hama, semisal babi hutan, tikus dan terkadang masih dijumpai beruang.

Cuaca di Riau seumumnya adalah sedikit lebih ekstrim daripada Sumatera Utara. Karena itulah bercocok tanam di sana harus memperhitungkan benar keadaan cuaca. Dengan adanya efek El Nino tahun 2015 ini, maka masa awal penanaman menjadi mundur sampai Desember. Padahal biasanya di bulan Nopember sudah banyak petani yang mulai menugal tanah untuk bertanam padi darat alias padi gogo. Satu hektar lahan di sana rerata akan menghasilkan padi darat sekitar 28-30 goni besar. Beratnya antara 2.500 kg sd. 3.000 kg. Tidak banyak memang bila dibandingkan dengan hasil bertanam padi secara intensif di sawah. Tapi sebagai catatan saja, cara bertanam padi disana adalah : tanam lalu tinggal. Petani akan datang lagi lima bulan kemudian untuk memanen tanaman padinya.

Bang Pilot sendiri tidak tertarik untuk menanam padi, tetapi ingin menanam singkong gajah. Karena harga singkong di sana cukup menarik, Rp.2.000/kg di tingkat perajin keripik. Selain itu, ada banyak teman petani di Riau yang berminat mengembangkan singkong gajah tetapi terkendala oleh langkanya bibit. Mudah-mudahan dengan merintisnya, Bang Pilot bisa membantu memenuhi kebutuhan para rekan petani itu.

Namun demikian, memandang masih banyaknya gondit alias babi hutan di sono, jelas tantangannya juga tidak akan mudah. Entah bagaimana nanti cara mengatasinya, tapi jalankan saja dulu. Biasanya solusi akan datang seiring masalah. Bang Pilot yakin akan ada ide jitu yang murah dan praktis untuk diterapkan nantinya. Yang jelas, makin bersih lahan, maka hama akan makin berkurang. Memelihara beberapa anjing penjaga mungkin akan banyak membantu.

Menanam durian montong, asam gelugur, aren dan tumpang sarinya singkong gajah akan sangat menarik, dan akan menghasilkan uang yang lumayan. Sayang, sulitnya sinyal telepon seluler juga menjadi sebuah hambatan tersendiri. Bang Pilot yang biasa berselancar di dunia maya setiap hari, akan merasa kesepian sekali jika sedang berada di sana.

Apakah jaringan PLN sudah masuk? Masih jauuuh...... bangets. Selama di Riau, tiap malam Bang Pilot bersemedi dalam gulita. Hanya setitik cahaya pelita berbahan bakar solar yang setia menemani.

Mmhh... sebuah pengorbanan.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline