Lihat ke Halaman Asli

Bang Pilot

Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Bakar Masjid di Tolikara, Bakar Niat Mujahid di Kompasiana

Diperbarui: 19 Juli 2015   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya malas berpendapat di Kompasiana ini tentang masalah pembakaran masjid dan rumah umat Islam di Tolikara. Tetapi karena sangat banyaknya tulisan Kompasianer yang menyudutkan umat Islam di sana, saya merasa terpanggil untuk ikut berjihad fi sabililah.

-Fakta vs pemelintiran berita.

1.Masalah speaker.

Ada banyak orang yang menyalahkan umat Islam di Karubaga, Kabupaten Tolikara, karena tetap mengunakan speaker besar saat sholat Idul Fitri. Termasuk pak tua JK, yang memang terkenal sangat phobia dengan speaker masjid. Faktanya, masjid di Karubaga tidak mengunakan pengeras suara. Begitu juga dengan masjid-masjid lainnya di daerah muslim minoritas di seantero Papua. Masjid juga dilarang memakai plang nama. Umat Islam pun tidak boleh berjualan dan beraktifitas di luar rumah pada hari Minggu. Jika tetap berjualan, maka akan dikenai denda yang cukup besar. Semua ini dipatuhi oleh ummat Islam di Papua sejak zaman berzaman.

Fakta lain adalah bahwa dalam surat edaran Badan Pekerja Wilayah Gereja Injil di Indonesia tertanggal 11 Juli 2015, tidak ada disingung masalah speaker. Yang ada adalah pelarangan acara lebaran dan memakai jilbab bagi muslim, serta larangan mendirikan rumah ibadah selain gereja GIDI di Kabupaten Tolikara. Surat itu sendiri sudah diakui keberadaannya oleh presiden GIDI Dorman Wandikbo.

2.Masjid atau musollah?

Di awal-awal masa, semua pemberitaan arus utama menyebut bahwa yang dibakar adalah musollah. Luhut Panjaitan bahkan mengatakan bahwa yang dibakar bukanlah musollah, tetapi kios warga.

Faktanya yang dibakar adalah Masjid Baitul Muttaqin.

Dalam Islam, masjid dengan musollah itu berbeda tingkatannya. Pada masjid berlaku berbagai hukum yang tidak terdapat pada musollah. Cara membedakannya adalah : di masjid didirikan sholat Jum’at, sedang di musollah tidak.

3.Polisi langsung menembak demonstran?

Faktanya adalah para jemaat GIDI pimpinan pendeta Martin Jingga dan Harianto Wanimbo terlebih dahulu melempar jemaah sholat Idul Fitri dan polisi dengan batu. Jumlah para teroris itu lebih dari 200 orang. Polisi lalu melakukan tembakan peringatan ke udara sebanyak tiga kali, namun tak dihiraukan para teroris. Jemaah muslim lalu lari menyelamatkan diri. Jemaat GIDI tetap melempari aparat keamanan, sehingga polisi terpaksa melumpuhkan sebagian penyerang dengan cara sesuai protap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline