Suatu hari, aku iseng men-scan otomatis receiver antena parabolaku. Ada
beberapa stasiun TV baru berhasil ditambahkan. Diantaranya adalah Rodja
TV. Sebuah stasiun TV swasta non profit yang dipancarkan dari komplek
sebuah masjid di sekitar Bogor.
Aku langsung suka dengan stasiun TV ini, karena dakwah dan kajian
Islamnya bagus banget. Bila ada kesempatan, aku akan menonton
acaranya. Banyak ilmu baru kuperoleh.
Suatu hari, suami adik sepupuku, Zimi Azmi, kepalanya nongol di pintu. Ia pun
ikut tetarik dengan materi yang disampaikan Rodja TV yang sedang
kutonton. Ia lalu pulang dan men-scan otomatis juga receiver parabolanya.
Dan berhasil baik.
Beberapa hari kemudian, aku melihat sebuah pemandangan langka : Zimi Azmiberjalan di halaman rumahku menuju masjid ! Padahal biasanya, ia cuma lewat, lalu pergi ke warung wak Mengon, untuk main kartu dan minum-minum bersama para pareman kampung. Bertahun-tahun Zimi Azmi punya kebiasaan sholat setahun dua kali. Ya itu, waktu Idul Fitri dan Idul Adha.
Sepulang dari masjid,kami berdua berbincang tentang acara Rodja TV.
Rupanya Azmi terpengaruh oleh tausiyah yang disampaikan oleh para ustadz
Rodja TV. Para ustadz ini memang lain daripada ustadz-ustadz TV swasta
lainnya, yang lebih mirip artis ketimbang muballigh. Rata-rata ustadz
Rodja TV adalah penghafal Qur'an, dan lulusan universitas negeri Arab.
Dan, sama sekali tidak ada musik di stasiun TV ini. Juga tidak ada perempuan.
Hari-hari berlalu, Azmi makin sering lewat depan rumahku menuju masjid.
Kini ia sepertinya benar-benar bertobat. Kulihat zikirnya pun makin
panjang dan syahdu. Aku jadi trenyuh. Adik sepupuku, istrinya, kini juga sudah berjilbab.
Tinggal aku kini yang sedikit iri. Seorang pareman mbelis bisa jadi lebih
taat dibandingkan aku sendiri. Hanya karena suka nonton Rodja TV.
Wah ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H