Lihat ke Halaman Asli

Bang Pilot

Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Sebab Musabab Pakde Kartono Punya Mr.P Sebesar Paha

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Humor habul edisi kenthir.

Syahdan, di sebuah negeri yang aman damai di tanah Jawa, tinggallah seorang lelaki paruh baya yang tampan dan gagah. Seisi desa memanggilnya Pakde Kartono. Ia tinggal di sebuah rumah yang lumayan besar untuk ukuran desa itu. Dua anak lelaki dan seorang anak perempuan menyempurnakan kebahagiaan Pakde Kartono dan Bude.

Pakde yang menjabat sebagai Kepala Dukuh Podo Tresno itu, sehari-harinya adalah seorang pedagang madu. Ia berjual beli madu lebah, madu tawon, madu jangkrik, madu beruang, bahkansampai madu tiga.

Bude Kartono sendiri adalah seorang perempuan yang bersahaja. Ia tetap setia mendampingi suami dan keluarganya, meski setiap hari harus mengelus dada menahan rasa. Pasalnya, Pakde yang juragan madu itu sejatinya adalah seorang lelaki yang tampan, kaya, berpendidikan, ramah, baik hati, rajin menabung, dan murah senyum, hingga sering digoda oleh gadis-gadis kinyis-kinyis dan janda-janda matang manggis. Banyak di antara mereka yang terus terang mengajak Pakde menikah, dan bersedia menjadi istri kedua atau istri muda.

Namun Pakde hanya menyambut ajakan mengiurkan itu dengan senyumnya yang khas dan berwibawa. Membuat para gadis dan janda makin horny sambil menggelinjang binal menahan gejolak di dada.

Alkisah, suatu hari, dua orang pekerja Pakde Kartono, yakni Bain Saptaman dan Jati, datang melapor.Mereka menemukan sebuah sarang lebah madu yang sangat besar di tepi hutan Alas Roban sebelah Selatan.

Mendapat laporan langka ini, Pakde serta merta mengajak kedua anak buahnya itu ke sana. Mereka berboncengan tiga naik sepeda onthel milik Bain. Jati yang bertugas mengendarai sepeda butut itu, sampai ngos-ngosan nafas kuda mengayuhnya. Apalagi jalan di desa itu yang naik turun, menambah derita seorang Jati. Namun, jiwa korsa dan semangat pengabdian tanpa akhir, membuat Jati menguatkan hati dan tubuhnya yang kerempeng kayak kerupuk jengkol itu.

Sesampai di lokasi yang dituju, Pakde Kartono menyuruh Bain Saptaman memanjat pohon durian hutan yang menjadi tempat bergantung sarang lebah madu raksasa itu. Namun Bain mengaku tak berani, karena pohon itu terlalu besar dan letak sarangnya yang cukup tinggi.

Karena menyuruh Jati yang sudah menggelesek kecapekan adalah tak mungkin, maka jadilahPakde menguatkan hati untuk mengambil sendiri madu lebah itu.

Pakde lalu berkonsentrasi sejenak sembari merapalkan mentera penakluk lebah yang ia pelajari dari gurunya, Bang Pilot. Tali pengikat ember lalu ia kaitkan ke tali pinggangnya.

Dengan perlahan Pakde Kartono memanjat pohon besar itu. Bayangan lembaran uang sudah memenuhi benaknya. Sarang sebesar itu paling tidak akan menghasilkan madu asli empat liter, bahkan bisa lebih.

Namun sial bagi Pakde, ia lupa pantangan yang dulu diwanti-wanti Bang Pilot. Pakde lupa mandi junub !

Segera saja satu dua ekor lebah yang merasa terancam itu menyengat lengan kiri Pakde. Pakde kontan semaput, menjerit nyeri lalu langsung melorot ke bawah. Kesialan Pakde bertambah saat belahan celananya koyak besar karena tersangkut patahan dahan kayu.

Buk..!, tubuh Pakde terhempas ke tanah. Hulu dadanya terasa sesak luar biasa. Bain dan Jati tergugu. Tak tahu harus berrbuat apa-apa untuk sejenak.

Kawanan lebah tadi pun datang meluruk Pakde Kartono yang masih terkapar telentang. Naas bagi Pakde, anunya keluar menyembul dari lobang belahan celananya yang koyak lebar. Dasar Pakde yang flamboyan, pakai sempak pun ia sampai lupa juga.

Tak ayal lagi, Mr.P Pakde Kartono yang aslinya imut-imut ukuran Tiongkok itu pun jadi sasaran kemarahan para lebah. Tiap senti persegi dari permukaan si buyung nongol itu setidaknya dihajar 3-4 entupan lebah.

Pakde pingsan !

Setelah para lebah pergi, Bain dan Jati pun datang menolong majikannya itu. Pakde didudukkan di tengah sadel belakang sepeda onthel, lalu Bain Saptaman mengayuh sepeda itu mengarah pulang secepat kilat.

Berkat kayuhan sakti Bain yang mencapai kecepatan Moto GP ala Rossi itu, Pakde Kartono pun sampai di rumah dalam waktu singkat. Sekujur anunya yang kini bengkak sebesar paha orang dewasa itu dilumuri dengan madu oleh Jati. Bude Kartono yang menyaksikan rudal Pakde jadi raksasa itu langsung pingsan. Ia tak mampu membayangkan apa jadinya jikalau ……..

Malam harinya, Pakde baru siuman. Mulanya Pakde terkejut juga melihat senjata revolver andalannya yang jadi besar panjang mirip basoka itu. Namun dasar nakal, Pakde malah berdoa : “Ya Tuhan, hilangkanlah sakitnya, namun pertahankanlah bengkaknya”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline