Lihat ke Halaman Asli

Bang Pilot

Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Kisah Keramat Tuan Khalifah Ramadhon

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tuan Khalifah Ramadhon adalah murid utama Tuan Khalifah Shalih, pemimpin suluk tharikat Naqsabandiyah Pulau Besar, Batu Bara, Sumut, sekitar 40-50 tahun yang lalu

Keduanya bersahabat baik dengan Khalifah H.Muhammad Zain, kakek penulis.

Suatu hari, sekitar tahun 70-an, kakek memerintahkan anaknya, Kamaluddin Zain untuk menjemput Khalifah Ramadhon dari kediamannya di desa Dolok Sinumbah, Kabupaten Simalungun. Kakek bermaksud melaksanakan ritual ibadah suluk, yang rutin dilakukan di rumah beliau, sejak Tuan Khalifah Shalih wafat dan tak ada penggantinya yang mumpuni.

Berangkatlah paman penulis itu ditemani seorang kawannya dengan mengendarai sepeda motor Benly. Jarak tempuh sekira 30 kilometer, melalui jalan raya sempit, jalan berbatu dan jalan tikus. Rumah Khalifah Ramadhon memang terpencil menyendiri, di tepian sungai Perdagangan.

Sesampai di tujuan, paman mengutarakan maksud tujuannya. Namun Tuan Khalifah menolak ikut. Ia tak terbiasa naik sepeda motor.

Paman memohon dengan sangat, karena tugas yang dipikulnya ini adalah amanah orangtuanya. Paman juga takut dimarahi ayahnya, jika tak berhasil menjalankan misi penting ini. Apalagi sudah banyak murid-murid (santri suluk) yang berkumpul menanti mursyid mereka datang ke Pulau Besar.

Akhirnya Tuan Khalifah Ramadhon berkata “Sudah, pulanglah kalian, nanti saya akan menyusul dengan naik sepeda”. Khalifah Ramadhon memang diketahui memiliki sebuah sepeda onthel tua, yang menjadi andalannya ketika wira-wiri menyebarkan tharikat Naqsabandiyah.

Dengan hati kebat-kebit, paman pun pulang. Ia khawatir jika Khalifah tak jadi datang, maka ia bisa dianggap menjadi penyebab gagalnya acara suluk.

Sepeda motor gede antik itu pun dipacu. Paman dan temannya berdiam diri saja sepanjang jalan, memikirkan bagaimana menjelaskan kepada orang tuanya tentang ‘kegagalan’ mereka.

Sesampai di rumah, paman sempat berfikir dua tiga kali untuk masuk. Akhirnya ia kuatkan hati menghadap ayahnya yang dikenal perfeksionis.

Paman mengucapkan salam, lalu dijawab oleh dua suara orang sepuh.

Subhanallah…, di dalam terlihat Khalifah H. Muhammad Zain sedang bercengkerama dengan sohib karibnya Khalifah Ramadhon yang tadi mereka jemput!

Paman ternganga! Lalu keluar tak berani bersuara.

***

Iman itu sempurna ialah saat engkau percaya kepada Allah dan Allah telah percaya kepadamu.

(Thariqat Naqsabandiyah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline