Lihat ke Halaman Asli

Bang Pilot

Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Dasar-dasar Tehnik Kultur Jaringan Pada Tanaman Kelapa Sawit

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1420818504526808362

[caption id="attachment_389725" align="aligncenter" width="300" caption="Kultur jaringan"][/caption]

Di suatu petang nan permai, terlihat dua orang penunggang kuda menyusuri tepian Bengawan Solo, dekat perbatasan Gunung Seribu.. Pakaian masing-masing mereka yang ringkas, dengan dua bilah pedang tersandang di pungung, jelas sekali menunjukkan mereka adalah sepasang pendekar yang tengah berkelana

Ya, dunia kangow mengenal mereka dengan julukan Sepasang Pendekar Pedang Neraka. Julukan itu diberikan karena keduanya memiliki ilmu pedang yang begitu lihai dengan jurus-jurus ampuh yang sangat asing. Takkala bertempur, keempat pedang mereka bisa mengeluarkan lidah api yang bahkan mampu menghanguskan batu sebesar gajah bengkak.

Nama keduanya demikian harum di antara golongan pendekar aliran putih, karena sepasang lelaki gagah ini sentiasa membela kebenaran, melindungi rakyat kecil yang lemah dan tak segan menurunkan tangan-tangan saktinya bila menemukan kezaliman yang dilakukan oleh para perampok atau penjahat dari seantero Jawadwipa. .

Kini kedua pendekar pilih tanding itu sedang mengemban tugas dari Prabu Jati Kumoro, raja kerajaan Pasar Kembang (Sarkem) untuk meminang putri raja kerajaan Gunung Kidul, Prabu Bain Rastaman.

Prabu Bain Rastaman memang memiliki tujuh orang putri yang semuanya cantik jelita. Sudah banyak raja-raja dan para pangeran yang datang meminang, namun selalu ditolak oleh Prabu Bain Rastaman.

Suatu kali, Pangeran Arke Vrajna Singh dan bala tentaranya dari kerajaan Tamil Naidu datang menyerang kerajaan Gunung Kidul, karena Pangeran Arke sakit hati piunangannya ditolak mentah-mentah oleh Prabu Bain Rastaman.

(baca kisah mereka di episode : Banjir Darah di Gunung Kidul).

Mari kita ikuti percakapan kedua pendekar budiman tadi, yang tengah santai di atas kudanya menapaki hutan kecil sepanjang Bengawan Solo.

Hem.., meski pun jarang orang yang tahu nama asli kedua pendekar hebat ini, untuk mudahnya akan dijelaskan saja identitas mereka berdasarkan E-KTP mereka yang masih berlaku.

Pendekar 1 : Bang Pilot (+).

Pendekar 2 : Erwin Alwazir (-).

+Erwin, pernah dengar masalah kultur jaringan?

-Kultur jaringan? Wow, itu luar biasa!

+Apanya yang luar biasa?.

-Maksudnya, yang in vitro itu kan? Hebat itu.

+Iya. In Vitro artinya di dalam kaca. Apa hebatnya kalau cuma ‘di dalam kaca’?

-Tapi kan katanya tehnik in vitro itu sulit, mahal dan butuh keahlian khusus?

+Pret! Tehnik kultur jaringan itu mudah, murah dan bisa dipelajari oleh nenek-nenek sekali pun. Sekarang sudah banyak yang membuka kursus kultur jaringan (kuljar) di Indonesia. Pesertanya adalah emak-emak bawel, bapak-bapak narsis sampai kakek-kakek ompong. Biayanya juga tidak terlalu mahal, sekitar 3 juta ketip saja, sampai bisa sendiri.

-Lha, peralatannya gimana? Saya dengar laminar cabinet air flow saja harganya sudah 20 jutaan? Belum lagi timbangan analitik, lampu ultra violet, autoclaf, hot plate magnetic strirer, dan lain-lainnya?

+Kalo mau bikin kuljar sendiri di rumah, laminar air flow bisa diganti dengan enkas alias peti kaca segi empat, timbangan analitik diganti dengan timbangan digital, lampu UV bisa rakit sendiri, autoclaf tukar sama panci presto bandeng tulang empuk, sedangkan hot plate itu kan jarang dipakai. Labu Erlenmeyer ganti sama stoples kue bekas lebaran, botol kultur juga bisa pakai botol bekas wadah bombon, pinset beli yang murah saja, pisau pemotongnya pakai pisau silet yang baru. Susah amir..??!

-Lha, itu media tumbuhnya, yang kalo tidak salah namanya media MS alias Murashige and Skoog, harganya jutaan juga seliternya, kan?..!!

+Ngapain beli yang mahal-mahal. Bikin sendiri juga bisa. Modalnya cuman tepung agar-agar, tauge, aceng gondok, air kelapa, buncis, gula pasir, pupuk daun cair, kentang dan kemauan. Gak susah-susah amat lah.

-Hem.., apa syarat utamanya kalau mau bikin kuljar itu, bro?

+Kuljar itu adalah cara untuk menumbuhkan bibit tanaman baru dari sel tanaman induk dalam keadaan steril. Jadi, kuncinya adalah keadaan yang suci hama alias steril. Karena itu dipakai bahan pensuci hama seperti alkohol 70%, alkohol 96%, betadine obat luka, klorox pembersih lantai, sabun cair antiseptik, dan panci presto untuk merebus media tumbuh.

-Bro, katanya kalo pake kuljar itu, dari satu helai daun sawit muda yang masih disebut janur lembut, dapat dibuat jadi bibit baru yang sifatnya sama dengan induknya sebanyak 10.000 pohon bibit baru ya?

+Walah, kalau mau jadi sejuta bibit baru juga bisa. Asalkan ente mampu nyediain minimal 50.000 buah botol bekas wadah bombonnya. Beli juga karet gelang dua goni.

-Karet gelang? Untuk apa itu?

+Ya untuk mengikat lima lapis plastik PP sebagai penutup toplesnya.. kalo pake tutup aslinya, ya bakalan bocor. Hama penyakit masuk, bisa gagal.

-Sebenarnya, bagian mana yang tersulit dalam kuljar ini, bro?

+Yang tersulit adalah proses inisiasi, yakni memasukkan bahan tanam alias potongan daun tadi ke dalam botol dalam keadaan steril. Sering bahan tanam sudah berhasil kita sterilkan bagian luarnya, tetapi bagian dalamnya sudah terkontaminasi bakteri atau jamur sejak dari induknya. Ini yang sulit. Tapi, kan tidak semua gagal. Kalau ada yang jadi satu botol saja, kan bisa dikembangkan lagi jadi sepuluh botol, jadi seribu botol, dan seterusnya.

-Wah, ilmu mangstab punya nih. Nanti kalau sudah pulang aku mau mengembangkan tanaman bunga kuburan lah....

+Bunga kuburan segala di kuljar..... ditancepkan saja batangnya ke tanah sudah tumbuh,

ngapain susah-susah.

-Eh iya. Aku mau kuljar pohon kelapa sawitlah kalau gitu. Apa saja langkah-langkah membuat kultur jaringan sendiri di rumah bro? Ajarin aku ya...

+Iya. Ntar. Kita istirahat dulu. Ini sudah jauh malam. Nanti kalau diteruskan ngetiknya, bisa-bisa sampai jam satu malam baru kelar. Waktu di upload, kompasianer udah pada bobok. Jadi gak banyak yang baca. Apalagi kang ngadimin juga sekarang hobbynya ngehitskan artikel yang kurang bermangpaat. Mending besok kita terusin. Oce bro?

Bersambung.

foto : http://4.bp.blogspot.com/--7B_w4dvKdA/UZJNOAf3XVI/AAAAAAAAAA0/rRSsr2yiblU/s1600/Kultur-Jaringan.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline