Lihat ke Halaman Asli

Makassar Kota Dunia hanya Sebatas Wacana

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pemimpin punya wacana yang ingin dikembangkan selama periode kepemimpinannya. Salah satunya adalah wacana Makassar menuju kota dunia yang digagas oleh mantan walikota Ilham Arif Sirajuddin yang akrab dipanggil IAS. Mantan walikota dua periode tersebut memiliki wacana yang cemerlang untuk memperkenalkan dan memajukan kota yang dipimpinnya dengan mengusung konsep kota dunia. Tapi, sampai saat ini wacana tersebut masih menjadi tata konsep yang belum terwujud bukti nyatanya sampai IAS lengser dari jabatannya sebagai walikota Makassar dua periode.

Kini, wacana tersebut menjadi warisan bagi pemerintahan Danny Pomanto dan Samsul Rizal yang terpilih sebagai Walikota dan Wakil walikiota Makassar periode 2013-2018. Tapi, wacana untuk Menjadikan Makassar sebagai kota dunia masih tetap sebatas wacana. Perkembangan sarana dan prasarana serta infrastruktur semakin hari semakin pesat tetapi hal-hal yang kecil masih menjadi problem yang menodai wacana tersebut. Masalah sampah dan kemacetan masih menjadi polemik yang dirasakan oleh warga setiap harinya. Kemacetan sudah hampir disetiap titik jalan-jalan protokol dan sampah belum bisa diatasi oleh instansi terkait dalam hal ini dinas PU (pekerjaan umum).

Pemerintah sudah berusaha menggalakkan berbagai macam langkah salah satunya dengan program MTR (Makassar tidak rantasa’) yang digagas oleh walikota Danny, tetapi ternyata program tersebut butuh waktu yang tidak singkat untuk mengaplikasikannya di tengah masyarakt. Program tersebut belum berhasil merasuki jiwa warga makassar yang memiliki rasa kurang peduli terhadap kebersihan menjadikan wacana makassar menuju kota dunia masih jauh dari harapan.

Jika berbicara tentang pesatnya perkembangan ekonomi, Makassar mampu diperhitungkan di Indonesia Timur dan bahkan sejajar dengan kota-kota di wilayah Jawa. Pada tahun 2013 lalu Makassar berhasil menjadikan provinsi Sulawesi Selatan sebagai lumbung padi terbesar di Indonesia. Predikat itu merupakan suatu keberhasilan dibawah pemerintahan Syahrul Yasin Limpo selaku Gebernur Sulawesi Selatan.

Makassar memiliki icon-icon yang tak kala hebatnya dengan daerah lain seperti salah satu icon yang terkenal di kota Makassar yaitu Pantai Losari yang kini terdapat mesjid terapung di dalam kawasan Losari. Sebuah pemandangan yang sangat indah sambil menikmati sunset dengan deru ombak yang memekik telinga. Tetapi, icon tersebut membuat pengunjungnya terkadang tidak betah karena sarana yang tidak mendukung serta control yang lemah membuat sebagaian pengunjung menodai tempat tersebut dengan sembarangan membuang sampah. Laut yang sedianya terlihat jernih penuh sesak dengan hamparan sampah yang mengambang di laut sehingga kesannya terlihat jorok.

Belum lagi, kemacetan yang kerak kali dirasakan oleh warga setiap akan menjalankan runtinitasnya. Tidak ada lagi jalan yang sepi, semuanya dipenuhi oleh deru roda-roda yang menghiasi pemandangan sepanjang hari. Ruas jalan tidak mampu lagi menampung laju kendaraan yang setiap hari bertambah banyak. Apakah dengan kemacetan tersebut bisa dikategorikan sebagai sebuah kemajuan? Tentu tidak, kemacetan menjadi biang kerok dari kemorosotan akibat perkembangan kota yang tidak diimbangi oleh sarana trasportasi yang memadai serta pengawasan yang bermutu tinggi.

Makassar menuju kota dunia tentu akan menjadi sebuah wacana yang melegenda jika hal-hal kecil tidak diperbaiki secepat mungkin. Dunia luar hanya mengenal Makassar sebagai kota yang dipenuhi oleh sampah dan kemacetan. Belum lagi akhir-akhir ini, kota diguncang dengan maraknya aksi-aksi teror geng motor anarkis yang meresahkan warga dan para pelancong. Tentu problem-problem yang dialami kota menjadi PR bagi semua warga kota Makassar. Tetapi, tidak ada jalan yang tak mungkin jika kita sama-sama mengrangkul diri untuk benar-benar bersatu membangun Makassar menuju kota dunia sehingga wacana itu benar-benar terwujud.

“Makassar, EWAKo,,,,”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline