Lihat ke Halaman Asli

Bang Nasr

Nasruddin Latief

Bola Perdamaian: Wahai Lebanon...!!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_118325" align="aligncenter" width="300" caption="PM Saad Hariri, No. 22 (http://www.al-akhbar.com/)"][/caption] Banyak cara untuk mengenang peristiwa, apalagi peristiwa yang memilukan. Lebanon, negeri cantik dan eksotik di tepi Laut Tengah pernah tercabik-cabik oleh perang saudara berkepanjangan. Sebagai warisan sang penjajah Perancis yang meninggalkan 'bom' waktu pada saat memberikan kemerdekaan kepada Lebanon, yang diperkirakan suatu waktu bisa meledak. Bom waktu tersebut adalah pembagian kekuasaan berdasarkan demografi dan jumlah penduduk. Maka, jadilah jatah Presiden dari Kristen Maronites, sebagai mayoritas pada waktu itu (merdeka), Muslim Sunni mendapat jatah jabatan Perdana Menteri; Muslim Syiah mendapat jatah sebagai Ketua Parlemen, Menteri-Menteri dari kelompok atau golongan lainnya. Ketika persoalan demografi berubah seiring dengan perubahan waktu, muncul persoalan yang saya katakan sebagai 'bom' waktu itu yaitu perubahan jumlah penduduk Lebanon. Akhirnya, negeri multi-agama dan etnis tersebut pecah perang yang tidak dapat dihindari. Tepat, 35 tahun lampau, tepatnya 13 April 1975, negara Lebanon yang cantik itu mulai dilanda perang saudara. Untuk memperingati peristiwa memilukan tersebut, dan juga untuk menjaga agar tidak terulang lagi - dan merupakan bagian komitmen -  para pejabat negara tersebut, diadakan pertandingan sepakbola yang diikuti oleh pata petinggi negera mulai dari PM Saad Hariri, para Menteri dan anggota Parlemen. Saad Hariri sendiri  menjadi kapten Kesebelan kontum Merah melawan Kesebelasan Kostum Putih. Pertandingan sepakbola tersebut membawa simbol 'Kulluna Fariqun Wahidun' (Kami Satu Tim), yang mencerminkan bahwa Lebanon adalah tujuan kinerja kami. Lebanon perjuangan kami; Lebanon tanah air kami; dan Lebanon bumi pijakan kami. Oleh karena itu, pertandingan tersebut tidak ditonton oleh massa dan penggemar. Tapi hanya oleh para pejabat tinggi, yang mengindikasikan dan sebagai simbolisasi bahwa persoalan bangsa menjadi 'tanggungjawab' para pejabat resmi, bukan 'massa jalanan', sebagaimana sering dilakukan di Indonesia, yang dikit-dikit turun ke jalan, demo, dsb. Sebuah kenangan, walau pahit. Tapi perlu dikenang untuk tidak terjadi lagi kepiluan tersebut. Dan bola bisa menjadi medianya untuk itu.....Salam, Peace, Salom, Damai....Sejahtera untuk semua. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline