'Tidak ada yang namanya Yahudi sebagai bangsa’. Demikian kesimpulan yang ditulis oleh Sejarawan dan Profesor di Universitas ITel Aviv, srael, Shlomo Sand, (lahir 1946) dalam bukunya, ‘The Invention of the Jewish People’, yang diterbitkan oleh Penerbit Verso Book tahun 2009. Kesimpulan Shlomo dalam bukunya tersebut berdasarkan penelitian dan referensisejarah dan agama yang dijadikan sebagai rujukan utama. Karuan saja buku tersebut mendapat kecaman dari kalangan zionisme Israel.
Perjanjian Lama : Mitos Sejarah
Shlomo juga mengatakan bahwa perjanjian lama merupakan dongeng dan mitos sejarah. Sejarah ‘identitas’ Yahudi bermula dari sebuah buku yang beredar pada tahun 1850-an yang ditulis oleh Heinrich Graetz berjudul ‘Sejarah Yahudi sejak Zaman Kuno hingga Sekarang’. Buku tersebut memainkan peranan penting dalam menyadarkan identitas Yahudi dalam rangka mencantolkan identitas nasional bagi orang-orang Yahudi. Buku ini yang mengilhami orang-orang Yahudi mencari identitas dirinya sepanjang ababd ke-20. Kenapa buku tersebut menjadi laris manis?? Karena mengingatkan bangsa Yahudi akan identitas ‘qawmi’ mereka yang menyadarkan Israel akan kebutuhan identitas mereka dalam rangka memperjuangkan tuntutan akan tanah air. Akan tetapi semua hak tersebut merupakan rekayasa dan ‘akal-akal’ orang Yahudi yang oleh Shlomo disebutnya sebagai ‘the invention’. Sebagaimana para sejawawan abad ke-19 yang lebih senang menulis mengenai ‘qawmiyah’ (nasionalism identity).
Perlu diingat bahwa Yahudi adalah sebuah agama yang dapat saja dianut dan dianut oleh bangsa lain. Akan tetapi berdasarkan ‘dongeng’ yang diciptakan oleh Graetz tadi sehingga Yahudi itu dinisbatkan kepada bangsa. Oleh karena itu, bisa ditebak bahwa negara Israel (Yahudi) merupakan satu-satunya negara di dunia berbangsa Yahudi yang dinisbatkan kepada agama sehingga warga negara selain Yahudi menjadi bangsa kelas kambing (seperti Kristen dan Islam, yang oleh ‘huwiyah’ Yahudi tidak diakui). Yahudi sendiri juga mempunyai kasta, dimana Yahudi yang berasal imigran dari Eropa Timur menjadi warga kelsa satu, sedangkan Yahudi dari Afrika (misalnya Yahudi Flasha dari Etiophia) menjadi warga negara kelas kambign juga. Tidak demokrasi di negara Yahudi tersebut, kecuali bagi mereka keturunan Yahudi ‘tulen’. Apakah ini demokrasi???
Informasi lengkapnya baca saja sendiri buku tersebut….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H