[caption id="attachment_108454" align="alignleft" width="300" caption="Pemimpin Libya di Kampus Al-Asmariyah Islamic University, Zletin (www.alwatan-libya.com) "][/caption] Sekarang saya ingin menulis mengenai profil ulama di Timur Tengah, karena sudah cukup banyak menulis tentang politik kawasan tersebut, sebagai selingan tentunya, karena masalah politik Timur Tengah tetap saja menarik untuk diulas selama Israel masih tetap bercokol di kawasan tersebut. Profil ulama yang ingin saya tulis adalah seorang ulama sufi dan pendakwah Islam di Afrika Utara dan sub-Sahara yang pengaruhnya hingga ke Nigeri, Mali dan Nigeria asal Libya, tepatnya dari kota Zletin. Ulama sufi tersebut namanya Sidi Abd. Salam Al-Asmar. Namanya lengkapnya adalah Abd. Salam Al-Asmar bin Salim Al-Fituri Al-Hasany, masih keturunan Nabi melalui Hasan bin Ali, dan keturunan Sheikh Abd. Salam bin Masyisy. Sufi tersebut dilahirkan pada tahun 880 H (1475) dan meninggal tahun 981 H (1573 M). Dilahirkan dan meninggal di kota Zletin, kl 200 km sebelah Timur Tripoli, Libya. Beliau menjadi yatim karena pada usia 2 tahun ayahnya meninggal dunia. Karena itu kemudian diasuh oleh ibunya yaitu Sayidah Salim binti Sheikh Abd. Rahman bin Abd. Wahid al-Dar'i. Setelah ibunya meninggal dunia, diasuh oleh pamannya Ahmad bin Mohamad Al-Fituri. Menimba ilmu dari gurunya Sheikh Abd. Wahid Dukali, hingga gurunya ini suatu waktu berkata bahwa ilmunya sudah terkuras oleh muridnya dan disuruh belajar pada ulama-ulama lain. (Clan Dukali ini merupakan klan terkenal sebagai penghafal Al-Qur'an di Libya, seperti Sheikh Dukali yang selalu menjadi Ketua Dewan Juri MTQ Internasional di Libya). Kemudian dia belajar pada Sheikh Abdullah Al-Abbadi, Sheikh Mohamad Abd. Rahman Al-Hattab, Sheikh Ali Al-Ousaji dan Sheikh Abd. Nabi bin Abd. Mawla, dsb. Sheikh Abd. Salam meninggalkan murid dan ilmu dari berbagai wilayah di Afrika Utara dan sub-Sahara hingga ke Nigeria, Mali, Niger dll. Pengaruh ulama tersebut menyebar ke berbagai wilayah di kawasan tersebut. Pesantren yang dibangun beliau pada tahun 912 H (1491 M) di Zletin merupakan salah satu pesantren tertua di Afrika Utara yang menjadi pusat pendidikan di kawasan tersebut. Di sekitar pesantren yang dibangun di kawasan tersebut juga terdapat makam beliau yang menjadi magnet bagi para penziarah dari berbagai kota di seluruh Libya. Puncak acara ziarah tersebut dilangsungkan pada hari kedua Idul Fitri yang diperingati secara besar-besaran dan meriah dengan menghadirkan para aliran tarekat tasawuf yang melakukan parade dengan alunan madah dan puji-pujian Nabawi. Kekuatan ajaran sufi besar tersebut berkisar pada pemantapan aspek ikhlas dalam kehidupan, ucapan, perbuatan, dan situasi; rendah hati (tawadhu) pada semua makhluk di muka bimu ini; selalu mengingat Allah pada setiap saat, pada waktu makan, minum, berpakaian, termasuk melakukan hubungan suami-istri sesuai dengan ajaran Baginda Nabi Muhammad saw.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H