[caption id="attachment_102225" align="aligncenter" width="300" caption="Hillary Clinton dan PM Benyamin Netanyahu"][/caption] Setelah Menlu AS, Hillary Rodham Clinton menyampaikan sambutannya pada Konferensi Tahunan AIPAC, dilanjutkan kemudian giliran PM Netanyahu menyampaikan pidato. Madame Clinton menegaskan bahwa Israel menghadapi pilihan sulit, akan tetapi harus dilakukan untuk menuju perdamaian di Timur Tengah. Kendati Cliton menuduh para pejabat Palestina menjadi biang kompor kekerasan terutama paska pendirian synagog yang dihancurkan di dekat Masjidil Aqsha di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerussalem. Lebih jauh Clinton mengatakan bahwa situasi seperti sekarang tidak akan langgeng. Harus ada terobosan baru. Terobosan yang menuju keamanan dan stabilitas bagi kedua bangsa di wilayah tersebut. Kedua pihak diminta untuk mengambil langkah sulit, termasuk Israel. AS tetap berkomitmen menjamin keamanan dan keberadaan Israel di wilayah konflik tersebut. Sebelumnya AS meminta Israel untuk membekukan pembangunan settlement sehingga hubungan antara kedua negara tersebut sempat terganggu dan tegang. Maknanya bahwa Israel tidak setuju dan tida mau menyetop dan membekukan program 'berpacu dengan waktu' membuat settlement yang calon penghuninya tersebut belum ada. Setelah itu, giliran PM Netanyahu menyampaikan pidatonya yang tidak diduga sebelumnya. Semua isi pidato PM Israel terebut mementahkan semua jalan damai yang telah dirintis selama ini oleh AS dan kesia-siaan perjalanan ulang-alik (suttle) Utusan AS untuk Timur Tengah, George Michel. PM Netanyahu menyatakan bahwa Kota Yerussalem bukan kota yang diduduki Israel[ (Mustawthanah), dimana Palestina juga mempunyai hak atas kota itu yaitu Yerussalem Timur sebagai ibu kota Palestina.] Akan tetapi Yerussalem adalah Ibu Kota Israel. Nenatyahu menegaskan bahwa pelaksanaan pembangunan settlement yang terus menerus di kota tersebut tetap dilakukan dan tidak akan mengehentikannya sejak perang 1967, bahkan akan memperbesarnya menjadi tiga kali lipat di Tepi Barat, selain itu juga tetap merampas dengan kekerasan tanah dan rumah milik warga palestina untuk didirikan settlement tersebut. Pidato PM Israel tersebut yang manyatakan bahwa Yerussalem bukan 'mustawthanah' merupakan tamparan bagi Menlu AS, Hillary Clinton yang sudah capek-capek menjadi mediator untuk mengusahakan jalan damai yang selalu kandas di tangan Israel. Kalau bukan ditolak, yah...dikadalin.... Kapan Israel dapat dipercaya, dan mau hidup berdampingan secara damai dengan bangsa Palestina sebagaimana diusulkan oleh Presiden Brasil, Lula da Silva. Tapi apa yang terjadi, kita lihat saja kenyataannya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H