Lihat ke Halaman Asli

Bang Nasr

Nasruddin Latief

Sisi Lain Persoalan TKW...!!! (3)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_97954" align="aligncenter" width="199" caption="Lesbian (Google)"][/caption] Kalau dalam tulisan pertama saya bercerita mengenai persoalan rumah tangga para TKW/BMI Hong Kong dan Macau, terutama mengenai hubungan dengan suami di tanah air, dan pada tulisan kedua saya juga sudah bercerita mengenai hubungan TKW/BMI dengan Perusahaan Jasa TKI, agent dan majikan, maka ditulisan ketiga ini saya ingin bercerita mengenai persoalan TKW/BMI bagi yang masih lajang atau belum berumah tangga. Apakah merka juga punya persoalan, yah...tentu. Tapi ini yang saya tulis barangkali salah satu persoalan saja, yaitu mengenai percintaan antara sesama jenis (LESBIANISME). Persoalan lesbianisme ini muncul pertama di kalangan mereka, - berdasarkan info dan cerita yang beredar di kalangan mereka,- ketika masih berada di penampungan di PJTKI di tanah air. Karena bergaul cukup lama disitu dan dengan dilatarbelakangi oleh berbagai sebab sehingga mereka bersimpati antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yanag disebabkan karena disakiti laki-laki atau pacar; ada yang karena disebabkan frustasi, dan alasan-alasan lainnya. Perkembangan ini kemudian menyusul di tempat atau negara tujuan, seperti di Hong kong, yang memang  peraturan di negara tersebut sangat manusiawi, antara lain adanya 1 hari libur dalam seminggu, seperti pada hari minggu atau hari-hari lain tergantung kesepakatan majikan, walau mayoritas liburnya pada hari minggu tersebut. (Di negara Arab setahu saya tidak ada libur bagi TKW. Kerja rodi). Di hari libur tersebut cinta sesama  jenis mereka terus berlanjut dan semakin intensif. Walau frekuensi pertemuannya hanya seminggu sekali tapi hubungan cinta sesama jenis tersebut juga tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan konon kecemburuan mereka lebih 'bringas' dan 'galak' ketimbang kecemburuan hubungan cinta dengan lawan jenis. Persoalan lesbianisme di Hong Kong yang seperti saya ceritakan di atas masih mending, bila dibandingkan dengan situasi lesbianisme di Macau. Karaena di Macau sifatnya lebih bebas lagi. Yang saya maksud lebih bebas adalah karena mayoritas para majikan memberikan kelonggaran soal waktu bekerja atau kebebasan, sehingga BMI/TKW tidak tinggal dan tidur di rumah majikan. Dampaknya adalah mereka menyewa flat rame-rame dan hidup secara bebas. Karena bekerja rata-rata di siang hari sehingga pada malem hari bisa 'kumpul kebo' di rumah. Hubungan di rumah tersebut gak beda bagaikan hubungan suami-istri di kalangan para lesbian. Yang menjadi suami berpenampilan bagaikan laki-laki, rambut cepak pendek, macho, dsb, sedangkansi istri tetap berpenampilan seperti perempuan. Sungguh saya tidak mengerti akan fenomena ini, apalagi dari sudut pandangan psikolog, dari sudut pandang agama sayapun awam. Semoga ada kompasianer yang berlatar belakang psikolog bisa berbagi ilmunya mengomentari dan peduli menyelesaikan persoalan tersebut dari sudut ilmu psikologi, begitu juga kompasianer yang ahli agama bisa berbagi ilmu juga menanggapi persoalan lesbianise itu dari sisi agama, baik itu agama Islam, kristen, Hindu, Budha, dsb. Semoga ada yang mau  peduli.....terima kasih, dan sangat ditunggu.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline