Lihat ke Halaman Asli

Bang Nasr

Nasruddin Latief

Pak Jenggot: Ente Bau, Pake Minyak Wangi Dong..!

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Jum'at kemarin (26/12) saya shalat Jum'at di masjid besar. Bukan seperti biasa di masjid dekat rumah. Tentu saja jamaahnya banyak dan ramai, bahkan banyak tukang dagang dari berbagai jenis dan model dagangan. Sama seperti di Makkah dan Madinah sehabis shalat Jum'at banyak diantara jamaah yang belanja keperluan. Saya pun juga demikian membeli beberapa barang yang diperlukan.

Sejak awal waktu saya sudah berada di masjid dan langsung menempati shaf (baris) terdepan. Selalu saya mengambil sebelah kiri kira-kira terkena putaran kipas angin. Kebetulan kipas yang dimiliki masjid kipas angin besi dan berukuran besar sehingga hembusannya cukup terasa. Kebetulan siang hari itu cukup panas walau pada sore harinya diguyur hujan. Seperti biasa saya melaksanakan shalat sunah tahiyatul masjid dan shalat sunnah wudhu, sengaja dengan membaca surah panjang sebagai murajaah hafalan sehingga cukup lama selesai. Setelah selesai shalat sunah dilanjutkan membaca tadarus Al-Qur'an via gadget- alhamdulillah - dapat satu juz. Karena memang kontinyu untuk menuntaskan one month one khatam.

Setelah selesai itu semua, panitia takmir mengumumkan persiapan shalat Jum'at. Kebetulan di shaf sebelah kanan saya masih kosong dan kemudian berdiri seorang yang cukup tinggi besar melaksanakan shalat sunat. Tapi, masya Allah bau tidak sedapnya menyolok hidung saya dan juga boleh jadi jamaah yang dekat, sehingga saya terganggu dengan bau dari badannya. Setelah dia selesai shalat sunah baru terlihat, cirinya seperti biasa, berjenggot, baju dekil (kumal), kerahnya sudah terlihat kotor karena memakai baju berwarna putih, peci putih juga sudah kelihatan kotor. Pantes saja baunya menyeruak ke luar. Ditambah lagi dengan hembusan kipas angin yang cukup besar, maka lengkaplah bau yang saya dapatkan. Untung saja tidak muntah.

Disini saya jadi teringat kawan-kawan Pakistan/Afghanistan dulu ketika saya tinggal di Islamabad beberapa tahun silam dimana mereka juga selalunya begitu, alias bau badan menyengat kemana-mana. Bahkan mereka memang kebanyakan tidak mandi. Mandinya seminggu sekali khususnya pada hari Jum'at. Makanya sering menjadi guyonan kawan-kawan disana bahwa jika ada perlombaan masuk ke kandang kambing; kalau orang Indonesia masuk ke kandang kambing, dia cepat keluar karena tidak tahan bau kambing. Tapi pas ketika orang Pakistan masuk, justru kambingnya yang kelaur, karena tidak tahan bau orang Pakistan, hehehe...maaf yah ini lelucon kami dulu. Karena baunya badan mereka. Karena itulah saya jadi membenci pakaian ala mereka - karena selain itu juga mereka rata-rata tidak memakai CD - dan saya tidak punya koleksi pakaian mereka. Sedangkan hampir semua koleksi negara Arab yang pernah saya kunjungi saya punya koleksi pakaiannya, termasuk baju Arab Maghribi yang berbentuk syal dan berkerudung sebagaimana dikenakan oleh Raja Maroko dalam kesempatan resmi dan keagamaan.

Padahal di dalam kitab Fiqih mazhab Imam Syafii walau yang paling dasar untuk tingkat SD/Ibtidiyah diajarkan sunah-sunah tajhiz shalat Jum'at, mandi sunah, memakai pakaian yang terbaik dan berwarna putih serta memakai wangi-wangian sehingga harum baunya. Alhamdulillah memang setiap saat tidak pernah lupa membawa minyak wangi kecil di dalam saku celana dan setiap mau shalat dimanapun di perjalanan tidak lupa menggunakannya karena ini juga sunah Nabi saw, bukan cuma jenggot doang yang sunah. Ini fakta bahwa mereka kurang memahami sunah atau hadits Nabi saw yang lain yang juga banyak jumlahnya agar umat Islam senantiasa memakai wewangian  sehingga Islam itu wangi dan sedap. Cuma mereka - kelompok wahabi salafi - terutama perempuannya dilarang memakai minyak wangi karena takut fitnah terhadap laki-laki. Ini kok laki-lakinya juga tidak memakai minyak wangi.

Kesannya memang menjadi tidak kontekstual. Andaikan semua umat Islam melaksanakan sunah Rasul memakai minyak wangi ketika shalat jamaah maka akan terjadi semerbak wangi di ruang shalat (masjid) yang boleh jadi menambah khusyuk para jamaah. Namun, jika bau ketek dan bau badan yang timbul tentu saja jamaah yang lain tidak khusyuk seperti yang saya alam dalam shalat Jum'at kemarin. Agar hal ini menjadi contoh bagi para jamaah yang berjenggot - bahwa bukan hanya jenggot saja yang sunah - tapi juga memakai wewangian. Karena masih berpuluh-puluh sunah yang lain yang diajarkan bagida Nabi Muhammad saw selain jenggot dan celana cingkrang. Wallahu A'lam.

salam damai,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline