Lihat ke Halaman Asli

Mudik ke Puncak Sinabung

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1375161550276676632

Menjadi sebuah tradisi bagi kami para pemuda yang tergabung dalam sebuah wadah pecinta alam yakni BRIMANTALA, Brigade Manusia Pecinta Alam. Organisasi ini berdiri sekitar tahun 80-an dibawah naungan sekolah saya sewaktu SMA dulu, di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Menjelang liburan hari raya atau liburan semester dari kampus, kegiatan ini memang dari sononya sudah wajib kami laksanakan. Memang ini bukanlah agenda dari organisasi, tetapi keinginan dari anggota untuk bertamasya ke puncak menikmati nuansa romantis bersama alam.

Gunung Sinabung berada tidak jauh dari Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, SUmatera Utara. Setidaknya kami harus menempuh 4,5 jam perjalanan dan dua kali transit dari kota Pematangsiantar agar dapat sampai di sebuah desa di kaki gunung. Terdapat danau kecil di kaki gunung, mungkin danau ini terbentuk akibat adanya pergeseran lempeng di dasar bumi, sehingga membentuk sebuah danau yang disebut Lau Kawar (Danau Kawar). Udara Sejuk pemandangan indah seperti sahabat lama yang menantikan kedatangan temannya dari jauh saat kami menginjakkan kaki di desa itu.Bergegas kami mendirikan tenda beserta mengatur barang-barang lainnya karena hari sudah mulai senja. Perencanaan awal dan memang sudah kebiasaan, kami menginap satu malam di kaki gunung dan satu malam di puncak gunung, dikarenakan besok kami akan mendaki, jadi malam ini semua peralatan yang diperlukan tentunya harus dipersiapkan.

Berkumpul di samping tenda, ditemani sebatang rokok dan canda tawa dengan kawan-kawan, waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Malam tiba dengan gelapnya, semua barang  sudah teratur, makan malam pun  terhidang apa adanya di buritan tenda. Sambil menyalakan api unggun, sentak kami nyanyikan lagu-lagu balada khas Iwan Fals. Tepat pukul 12 malam, semua berirama masuk ke dalam tenda, menyandarkan kepala, beristirahat mengisi tenaga untuk petualangan besok. Udara malam menusuk begitu dingin, jaket tebal berlapis pun tak mempan menangkis dinginnya suhu.

Berkat minyak gosok kecil yang ku oleskan ke kaki dan tanganku, perlahan mata ku kemayu dan terlelap hingga subuh. Mentari pagi pun beranjak dari tidurnya, merasakan udara pagi nan sejuk dan sinar matahari menyinari hijaunya padang rumput pagi itu. Bergegas semua kawan-kawan untuk sarapan dan bersiap-siap untuk berangkat menuju daratan tertinggi di Sumatera Utara ini. Setelah semua fix dan ready, kami pun melangkah dengan semangat menuju Pintu Rimba untuk berdoa dan menaruh sesajen kepada para leluhur yang dipercaya menjaga lingkungan gunung itu. Kami lewati 5 titik pemberhentian, terdiri dari empat selter dan satu lokasi yang ditumbuhi pohon pandan. Perjuangan terakhir dan terberat ada di Patah Hati, melihat curamnya lereng gunung yang dipenuhi

bebatuan tajam, bertarung dengan nyawa dan keberanian. Tapi dengan tekad dan semganga dapat kami lalui bersama. Akhrinya kami dapat sampai ke puncak dengan selamat. Kami rehat sejenak untuk menghilangkan kelelahan. Betapa indahnya pemandangan dari puncak ini, terlihat 3 kota sekaligus, Medan, Kabanjahe, Berastagi dan Danau Toba. Kegiatan ini memang biasa kami lakukan setiap tahun, seperti mudik ke rumah kami sendiri :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline