Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Muzi Marpaung

Seorang pejalan kaki

Hujan Bulan Desember

Diperbarui: 28 Desember 2020   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tak ada yang istimewa pada hujan belakangan ini
sebab ini desember, musimnya para hujan
siapa pun bisa temukan hujan aneka warna
bahkan yang ungu atau merah muda
siapa pun bisa meningkahi tarian hujan
dalam berbagai rentak dan ketukan

tapi tidak
ada sepasukan hujan yang perlu kupuisikan untukmu
mereka datang pagi-pagi sekali dan berkata
bahwa mereka adalah hujan yang sama
dengan hujan yang dulu membuatmu gemetar
dalam mantel tipis yang kusam
sementara, aku pun gemetar di kejauhan
padahal aku ingin mendekat, memelukmu
padahal aku ingin bilang, "kita pulang sekarang"

aku malah membiarkanmu terus kedinginan lalu pergi
kurasa aku terlalu takut untuk hidup denganmu
sebab engkau adalah cinta yang apa adanya
adalah kata-kata yang tanpa metafora
sementara aku masih perlu siasat dan tipu daya

sepasukan hujan yang datang pagi-pagi itu
mengingatkanku bahwa desember segera berlalu
akan datang lagi tahun yang baru,
mungkin akan semakin memburamkanmu

apakah kini aku berani menjemputmu,
cinta sejatiku?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline