Sebelum dijawab, pertama kali perlu terlebih dahulu diluruskan istilah yang dipergunakan. Ada yang menyebutnya stereofoam. Ini tidak tepat. Yang tepat adalah stirofom, stirofoam, atau dalam Bahasa Inggris styrofoam.
Aslinya, Styrofoam adalah merk dagang dari plastik polistirena berbentuk busa (extruded polystyrene foam) berwarna biru milik perusahaan kimia The Dow Chemical Company. Akan tetapi, dalam bahasa sehari-hari, styrofoam digunakan sebagai istilah untuk busa styrofoam berwarna putih (expanded polystyrene foam).
Walau berasal dari material yang sama, keduanya diproses secara berbeda sehingga menghasilkan karakteristik atau sifat yang jauh berbeda. Polistirena (polystyrene) sendiri adalah sebuah polimer (molekul dengan rantai panjang yang tersusun oleh molekul-molekul sederhana yang sama), dengan stirena (styrene) sebagai monomer penyusunnya.
Dalam tulisan ini yang akan dibahasa adalah soal keamanan expanded polystyrene foam (EPS) yang banyak digunakan sebagai cangkir kopi atau produk lain. Supaya lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, istilah styrofoam tetap digunakan.
Styrofoam -- untuk selanjutnya disebut stirofoam -- banyak digunakan sebagai kemasan atau wadah makanan terutama karena sifatnya yang kaku (rigid), mampu menghambat panas (isolator panas), dan relatif murah. Benarkah stirofoam berbahaya jika digunakan sebagai kemasan makanan sebagaimana banyak beredar di internet?
Stirofoam itu tersusun oleh 90% udara dan hanya 10% polistirena. Itulah sebabnya jika kita merendam stirofoam dalam larutan aseton volumenya akan sangat jauh menyusut.
Sejauh yang dapat saya telusuri, stirofoam tidaklah berbahaya jika digunakan sebagai kemasan makanan. Yang tampaknya perlu menjadi perhatian adalah monomernya, yaitu stirena, sebagai residu pada kemasan stirofoam.
WHO, pada tahun 2018, meningkatkan peringkat styrene dari possibly carcinogenic (memicu kanker) menjadi probably carcinogenic. Badan kesehatan dunia di bawah PBB ini tidak menyebutkan tentang polistirena. Kebanyakan berita yang beredar di internet kerap mencampur-adukkan antara styrene dengan polistirena. Seolah-olah, jika stirena berbahaya, maka polistirena juga berbahaya.
Apakah pada kemasan stirofoam terdapat stirena yang mungkin saja bermigrasi ke dalam makanan?
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 terhadap 17 jenis kemasan stirofoam menunjukkan adanya residu styrene antara 10 sampai 43 ppm (part per million atau satu per sejuta bagian), dan itu sangat kecil. Jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia, yakni 5000 ppm.
Jadi, singkatnya, belum ada bukti ilmiah yang memadai untuk mengatakan bahwa penggunaan stirofoam sebagai kemasan makanan dapat memberikan potensi bahaya pada makanan tersebut.