Lihat ke Halaman Asli

Berkenalan dengan MRI, Alat untuk Diagnostik Stroke

Diperbarui: 13 Desember 2022   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pencitraan Medis Stroke (Sumber : Freepik.com)

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum ditemui, dari mulai muda hingga tua, laki-laki maupun perempuan. Stroke tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang mengahantui masyarakat Indonesia, melainkan seluruh dunia. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam naungan Kementerian Kesehatan Amerika Serikat, menyebutkan bahwa lebih dari 796.000 orang menderita stroke setiap tahunnya, dan 610.000 diantaranya merupakan kasus pertama atau baru terdeteksi. Kemudian menurut data WHO tahun 2022, resiko orang terkena stroke meningkat hingga 50% dalam 17 tahun terakhir sehingga sekarang 1 dari 4 orang beresiko besar terkena stroke selama hidupnya. Sedangkan di Indonesia, stroke masih memegang peringkat 3 penyebab kematian tertinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 oleh Kementerian Kesehatan, sebanyak 713.783 orang menderita stroke setiap tahunnya.

Definisi stroke menurut WHO adalah kumpulan gejala dan tanda klinis yang berkembang cepat dengan gangguan fungsi otak baik fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam (terkecuali pada kasus kematian mendadak atau bila ada intervensi operasi) dimana tidak ada penyebab yang jelas selain vaskuler. Stroke sendiri terbagi menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik.

Menurut The Stroke Center, Hemorraghic Stroke atau stroke hemoragik merupakan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah pada area tertentu di dalam otak. Kondisi ini menyebabkan aliran darah di bagian tersebut berkurang. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa oleh darah, sel otak dapat cepat mati sehingga fungsi otak pun terganggu.

Sedangkan Ischemic Stroke atau stroke iskemik merupakan jenis stroke yang disebabkan adanya sumbatan pada pembuluh darah di otak pada bagian tertentu sehingga pembuluh darah pada bagian tersebut tidak mendapatkan pasokan energi dan oksigen. Bila dibiarkan sel-sel otak di daerah tersebut akan mati dan tidak berfungsi lagi.

Walaupun stroke hemoragik lebih banyak daripada stroke iskemik, tidak bisa dipungkiri bahwa stroke iskemik juga sama bahayanya. Stroke iskemik bisa disebabkan oleh beberapa jenis penyakit. Masalah yang paling umum adalah penyempitan (stenosis) arteri di leher atau kepala. Stenosis intracranial (intracranial stenosis) adalah sebuah penyempitan arteri yang terdapat di otak. Mirip dengan stenosis karotis di leher, hal ini disebabkan oleh penumpukan plak di dinding dalam pembuluh darah. Arteri yang paling mungkin terkena stenosis adalah arteri internal carotid (ICA), arteri serebral tengah (MCA), arteri vertebralis, dan arteri basilar. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan penurunan aliran darah ke daerah otak sehingga menyebabkan banyak sel-sel otak yang rusak dalam waktu singkat. Gejala dari arteri intracranial stenosis adalah serangan stroke atau cerebrovascular accident (CVA).

Ilustrasi Pemeriksaan MRI Stroke (Sumber : Pexel.com)

Dengan banyaknya orang yang beresiko terkena stroke iskemik, dibutuhkan metode medis untuk deteksi dini.  Salah satu alat yang digunakan dalam deteksi dini ataupun pemeriksaan medis adalah Magentic Resonance Imaging (MRI). Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah modalitas pencitraan yang sangat serbaguna dengan memanfaatkan medan magnet untuk membuat sebuah gambaran medis suatu organ. MRI ini berbeda dengan alat pencitraan medis lainnya seperti Foto Roentgen ataupun CT Scan. Perbedaan yang mendasar yaitu pada MRI tidak menggunakan radiasi sinar-x, jadi bisa dipastikan aman dari pengaruh radiasi yang berbahaya.

MRI ini mampu memberikan banyak sekali informasi diagnostik, mulai dari gambaran permukaan, gambaran irisan per organ, hingga gambaran 3D suatu organ beserta penyakitnya, termasuk informasi mengenai aliran darah pada pasien stroke. Metode yang digunakan untuk melihat gambaran pembuluh darah ada beragam, contohnya metode Contras Enhancement (CE) dan Time of Flight (TOF).

Metode Contras Enhancement (CE) nantinya akan menghasilkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas dan detail. Gambaran tersebut dihasilkan dari cairan atau media contrast yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dengan menggunakan injeksi, baik manual maupun menggunakan alat injector.

Sedangkan metode Time of Flight (TOF) menghasilkan gambaran dengan memanfaatkan pergerakan aliran darah. Gambaran yang dihasilkan pun berbeda dengan CE, jika CE gambara pembuluh darahnya masih menyatu dengan organ disekitarnya, seperti otak, hipotalamus, dan lainnya. Sedangkan dengan menggunakan TOF gambaran pembuluh darahnya bisa terpisah dari organ di sekitarnya, sehingga gambaran hanya terfokus pada pembuluh darah. Dengan menggunakan metode TOF ini pembuluh darah bisa diubah menjadi gambaran 3D, sehingga gambaran lebih detail dan bisa dilihat dari segala sisi. TOF ini sangat cocok dalam membuat gambaran pada penyakit stroke, terutama pada pasien dengan stenosis atau penyumbatan pembuluh darah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline