Lihat ke Halaman Asli

Indoktrinasi Revolusi Nasional, Catatan Penting Memilih Presiden

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


AKHIR-akhir ini kok rasanya jenuh nonton televisi. Setiap melihat tayangan berita ada saja laporan tentang aktivitas calon presiden-calon wakil presiden. Masalahnya bukan pada program siarannya, tapi faktor kontennya.

Kita tahu kalau hampir semua juragan televisi di Tanah Air ini terlibat politik praktis. Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sangat diuntungkan karena mendapat dukungan Aburizal Bakrie (bos TVOne, ANTV) dan Hary Tanoesoedibyo (MNC Grup).

Sementara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla didukung Surya Paloh (bos MetroTV). Belakangan Jokowi mendapat dukungan Dahlan Iskan (bos Jawa Pos grup), tapi sayangnya Dahlan tak punya televisi nasional.

Saya jenuh lantaran televisi yang bosnya mendukung Prabowo-Hatta terkesan mempromosikan capres poros Gerindra itu dan memojokkan Jokowi, capres poros PDI Perjuangan.

Namun, saat mau menonton MetroTV guna menyeimbangkan informasi, salurannya bruwet. Setelah memutar-mutar antena, terkadang bisa menonton siarannya, meski juga masih bruwet.

Ternyata sma saja. Berita di MetroTV juga menonjolkan Jokowi, tapi menyudutkan Prabowo. Akhirnya mual juga dengan berita-berita Pemilu yang terkesan tidak fair.

Setelah dijejali berita Pemilu saya menangkap satu fenomena Pilpres tahun ini. Terutama masalah lifestyle kedua capres.

Prabowo dandanannya dikesankan mirip Soekarno, presiden pertama RI. Sedangkan Jokowi adalah capres yang ditunjuk anaknya Soekarno, Megawati Soekarnoputri. Jadi, kedua tokoh ini cita rasanya sama-sama Soekarnois.

Tapi saya masih sangsi, apakah keduanya benar-benar akan melanjutkan cita-cita Soekarno?

Menangkap aroma Soekarno dalam Pilpres tahun ini, saya jadi ingat pesan sang proklamator itu tentang semangat revolusi. Bagi Bung Karno, sapaan Soekarno, revolusi adalah menjebol dan membangun. Membangun dan menjebol.

Revolusi adalah "build tomorrow" and "reject yesterday". Revolusi adalah "construct tomorrow" and "pull down yesterday".Revolusi itu laksana gelombang samudera yang selalu mengalir, laksana angin topan yang selalu meniup.

Semboyan revolusi itu mandek-amblek, mundur-hancur! Untuk itu revolusi tidak boleh gagal dan terus berlanjut sampai kapanpun.

Logika revolusi itu adalah sekali kita mencetuskan revolusi, kita harus meneruskan revolusi itu sampai cita-cita proklamasi terpenuhi, menuju masyarakat adil dan makmur, tata tentrem kerta raharja.

Merunut sejarah revolusi. Keputusan Dewan Pertimbangan Agung tentang perincian manifesto politik RI 17 Agustus 1945. Singkatnya, manifesto politik memuat dua hal yang sangat dibutuhkan untuk melancarkan jalannya revolusi.

Pertama, persoalan-persoalan pokok revolusi Indonesia. Kedua, program umum revolusi Indonesia.

Persoalan pokok revolusi Indonesia, antara lain, menyangkut dasar/tujuan dan kewajiban revolusi Indonesia. Untuk merealisasikannya butuh dua landasan. Pertama, landasan idiil yakni Pancasila. Kedua, landasan strukturil yakni pemerintahan yang stabil.

Kewajiban revolusi yang terpenting adalah pembentukan negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari sabang sampai merauke. Mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, cinta damai dan bersahabat dengan negara lain demi mewujudkan dunia baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline