Lihat ke Halaman Asli

Para Da'i Indonesia Miskin Retorika (Sebuah Kaji Realitas)

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"KELEMAHAN SEBUAH UMMAT ADALAH KESALAHAN PARA PENYAMPAI DA'WAH"

Sudah 15 tahun saya mengikuti shalat jumat, dan selama itu pula saya melihat kekurangan yang paling vital dari para Da'i khususnya para penceramah Jum'at yang menjadi khatib Jum'at diberbagai wilayah Indonesia.

Topik yang dibawakan sudah sangat khas, yaitu:

1. Dosa pahala
2. Surga neraka
3. Politik dan pemerintahan
4. Halal dan haram
5. Bid'ah dan hal hal bersifat Furuiyah
6. Kristenisasi dan paham kebebasan.
7. Kafir, Musyrik, Munafik dll
8. Dan hal hal yang sifatnya hukum dan tidak memiliki dampak perubahan kepribadian dalam motivasi berkarya.

Diantara sekian banyak hal hal yang indah dan menarik untuk diangkat kepermukaan seperti:
- Produktifitas dan kreatifitas
- Kasih sayang universal
- Saling hormat menghormati
- Inovasi dan muslim
- Akhlak Rasulullah dan perubahan prilaku.
- Generasi unggul, dll
Sangat jarang diangkat dan disampaikan, entah Sang Da'i itu sendiri tidak memahami hal ini ? Ataukah memang Islam sudah menjadi pola budaya, sehingga hal hal yang disampaikannya seolah olah sudah tetap dan monoton.

Belum lagi kita lihat dari sisi Ilmu Komunikasi banyak hal yang tidak memenuhi kaidah kaidah Publik Speaking, tentang : Pesan, Media, Intonasi, Body language, dan hal hal lainnya yang terangkum dalam pelajaran Retorika Komunikasi, seakan akan tugas mereka hanyalah menyampaikan, memimpin shalat , doa, ambil amplop lalu pergi.

Dilihat dalam hal ini, fungsi Da'i sebagai pen-Da'wah (Motivator) sungguh sangat lemah, maka tidaklah heran kalau mayoritas ummat muslim di Indonesia seakan akan terlihat stagnasi baik dalam pola pikir maupun prilaku.

"Kemiskinan" Retorika Da'wah ini telah membuat Shalat Jum'at yang seharusnya menjadi media "Charging" berubah menjadi Ritual mingguan yang tetap harus dilakukan walalupun telah hilang maknanya, kebanyakan para jamaah datang Shalat Jum'at bukanlah untuk mendapatkan "Suplemen" baru untuk 1 minggu kedepan, namun hanya demi menunaikan tugas yang apabila ditinggalkan 3 kali berturut turut maka akan di cap KAFIR !.

Ya, apabila ini yang berlaku lengkaplah sudah Islam hanya menjadi Budaya dan Ritual dinegeri yang katanya mayoritas muslim.

Saya sadar untuk tidak menyalahkan para ummat yang menjadi enggan untuk hadir dalam Shalat Jum'at karena mereka tidak mendapatkan apa apa kecuali tidur, istirahat ataupun berdagang minyak, peci,buku diemperan masjid. Ya itulah shalat Jum'at di indonesia.

Materi yang monoton, Da'i miskin retorika, sound system seadanya, keadaan kumuh panas dan tak beraturan, .... lengkaplah sudah, semua persyaratan komunikasi telah dilanggar, maka sangat wajar sekali bila Ibadah Shalat Jum'at minim nilai yang dapat dibawa pulang, apalagi berdampak perubahan positif pada ummat, ibarat jauh api dari panggang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline