Lihat ke Halaman Asli

Komarudin Ibnu Mikam

Founder Sekolah Alam Prasasti Bekasi

Sekali Lagi Petani!

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Secara pribadi saya menyambut baik terbentuknya komunitas Blogger ASEAN. Nah, yang saya titip adalah Mari kita perhatikan petani dan pertanian.

Mengapa?
Karena bagaimanapun hidup kita bergantung pada pertanian dan petani, tentunya. Nasi yang kita lahap. Jengkol dan tongkol yang kita telan. Kangkung, ketimun, pepaya dan saudara-saudaranya yang kita konsumsi. Semua berasal dari pertanian. Dan, PETANI tentunya!

Coba bayangkan, seandainya petani mogok kerja. Mereka tidak mau menjual hasil pertaniannya. Ohoooi…laparlah kita. Dijamin, yang endut pasti kelaparan. Apalagi yang kurus. Habislah kita!

Ketika petani mogok, kondisinya akan lebih parah dibanding pilot-pilot Merpati yang mogok. Sekian ribu buruh di pabrik mogok, kagak bakalan ngaruh dengan makanan! Coba kalau petani mogok. Sawah dan ladang dibiarkan saja. Paling-paling mereka menanam untuk kebutuhan kelurganya sendiri. Ohh…matilah awak!

Namun, paradoksnya…….di zaman kiwari ini, tak ada anak muda yang bercita-cita jadi petani. Sumber membuktikan, tiga dari sepuluh anak muda bercita-cita jadi selebritis. Huh…televisi sukses membentuk mimpi!

Parahnya lagi, pemerintah daerah, kabupaten Bekasi maksudnya, lebih memperhatikan dunia industri. Walau agrobisnis tertera dalam Visi Kabupaten. Namun, realisasi di lapangan tidak jelas. Lahan-lahan pertanian kini menunggu waktu untuk dibunuh jadi lahan industri. Kali-kali kami dirusak jadi selokan limbah industri. Udang-udang dan betok yang tadinya menghuni kali CBL, kini ngungsi entah kemana. Kali Cikarang tempat dulu si entong ngebak kini kondisinya tercemar. Boro-boro buat sikat gigi atau cebok, buat cuci kaki aja kagak bisa. Kampreet!
(saya menulis alinea ini dengan gigi bergemeratak, seandainya saja bisa ditempeleng satu-satu pejabat dari pusat sampe ke daerah, saya tempeleng sembari teriak, “Oon bener sih luh…ngurus gini aja kagak bisa…)

Di beberapa wilayah seperti di Kecamatan tarumajaya dan Kecamatan Babelan, RTRW-nya sudah berubah. Gambarnya bukan lagi hijau. Tapi kuning. Artinya peruntukan untuk industri dan pemukiman. Tapiiiiii…..kurang ajarnya Pemda. Mereka tidak membuat program kerja yang disengaja untuk mempersiapkan SDM-nya. Wilayah berubah. Hanya, Tidak ada transformasi dari manusia yang menghuni wilayah itu.

Industrialisasi bermakna kapitalisasi yang berujung pada pembentukan masyarakat kapitalis. Industri hanya menciptakan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Pemilik kapital akan lebih kaya, sementara petani dan kalangan bawah tetap jadi orang-orang marjinal dan miskin.

Oleh karena itu, saya berharap terbentuknya komunitas blogger ASEAN bisa jadi pipa aspirasi untuk memikirkan dan memperhatikan petani dan pertanian…..kalau gak itu sama saja dengan mengatakan : Mari Kita Bunuh Petani!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline