Lihat ke Halaman Asli

Media Terbaik Adalah Panutan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika saya sedang berbelanja ke pasar swalayan dan sedang mengantri di kasir, ada seseorang yang memotong antrian saya dan langsung menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya. Dan tanpa rasa bersalah, beliau langsung pergi meninggalkan kasir tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada saya yang dipotong antriannya, seolah-olah beliau tidak melakukan kesalahan.

Adat ketimuran adalah adat yang sangat menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama. Oleh karena itu, pada zaman dahulu hingga sekarang, setiap wisatawan asing yang datang ke Indonesia pasti mengagumi keramah-tamahan penduduk Indonesia. Dalam rentang waktu yang lama, kita selalu terkenal akan kehalusan tutur kata dan keindahan budi pekerti. Padahal julukan ini sudah dikenal dalam kurun waktu panjang, dari generasi saya masih anak-anak, hingga generasi ketika teman sepermainan saya sudah memiliki anak.

Mengapa saya memberikan ilustrasi di atas? Kembali ke kasus seseorang yang memotong antrian tadi, mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Alasannya adalah karena beliau tidak disiplin, tidak sabar menunggu giliran, tidak sopan, dan lain sebagainya. Bisa saja sang ibu tersebut memberikan pembelaan, misalnya sedang terburu-buru, atau belanjaannya sedikit sehingga waktunya pasti cepat, dan lain sebagainya. Akan ada seribu alasan yang bisa dikemukakan apabila kita menanyakan apa alasannya memotong antrian ketika ingin membayar belanjaan. Apakah dia tersebut bukan orang timur? Ya beliau orang timur. Apakah beliau orang Indonesia? Ya tentu saja, beliau orang Indonesia. Namun mengapa tidak mencerminkan adat ketimuran (baca: keIndonesiaan)?

Adat itu diturunkan dengan bukan adanya tulisan, kita tahu bahwa memotong antrian tidak baik bukan karena ada kitab tata cara mengantri, atau kita tahu bahwa menerobos lampu merah itu tidak baik bahkan sebelum kita kenal dengan tulisan (belum bisa membaca). Kita semua tahu hal tersebut dari PANUTAN. Orang-orang tua zaman dahulu mungkin ada yang tidak bisa membaca ataupun menulis, namun mereka bisa menurunkan norma-norma yang baik kepada anak cucu mereka bukan dengan membacakan kitab-kitab peraturan ini dan itu, tetapi dengan memberikan panutan bagi anak mereka, lalu anak mereka memberikan panutan bagi cucu mereka, dan seterusnya dan seterusnya.

Saya tidak mengatakan kalau orang yang memotong antrian tadi mendapatkan panutan yang tidak baik dalam kehidupannya, khususnya dalam lingkungan pergaulannya. Yang ingin saya garis bawahi disini adalah betapa ketidakelokan tingkah laku orang tersebut, mungkin saja dilakukan oleh orang banyak, dan betapa khawatirnya saya kalau saja ada anak kecil yang masih mencari panutan dalam hidupnya, melihat perilaku tidak elok tadi dan berpikir bahwa memotong antrian itu tidak apa-apa.

Dalam kehidupan kita, salah satu hal yang membentuk karakter kita adalah figur seseorang yang kita jadikan panutan, apakah itu ayah, ibu, kakak, paman, bibi, bahkan tetangga atau teman. Pembentukan karakter itu memakan waktu yang lama dan untuk mengubah karakter kita juga membutuhkan waktu yang lama. Jadi bayangkan saja apabila anak kita melihat figur dalam kehidupannya yang berperilaku kurang baik, namun intensitas melihat perilaku tersebut tinggi, maka anak itu bisa mengambil kesimpulan bahwa perilaku tidak baik itu adalah perilaku yang lumrah dan diterima oleh masyarakat umum. Jika ya, maka di masa depan, akan banyak orang yang memotong antrian orang lain tanpa merasa bersalah dan menganggap hal itu diterima oleh umum.

Saya tidak mengatakan bahwa saya memiliki perilaku yang baik, tapi saya bertekad untuk menjadi panutan yang baik bagi anak-anak saya kelak. Apabila seseorang yang memotong antrian tadi merupakan orang tua, saya harap beliau tidak melakukan hal tersebut dihadapan anaknya. Apabila dia merupakan seorang kakak, semoga dia tidak melakukan hal tersebut di hadapan adik-adiknya. Apabila seorang guru, semoga tidak melakukan hal tidak elok tersebut di depan murid-muridnya, dan saya harap, semoga kita bisa menjadi panutan yang baik bagi anak-anak kita, adik-adik kita, murid-murid kita, dan yang terpenting anak-anak kita. Semoga generasi Indonesia yang selanjutnya adalah anak-anak yang disiplin dan berakhlak baik dan bisa menjadi panutan bagi generasi selanjutanya. Semoga....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline