Lihat ke Halaman Asli

Pemilu, Pesta, dan Sisa Dekorasinya

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya teringat ketika saya pertama kali bisa memilih pada waktu itu adalah pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Siapa pilihan saya –azaz PEMILU melarang saya mengungkapkannya-. Ya itu sekitar 5 tahun lalu, pada waktu itu partai pemenang dan presiden pemenang sedang hangat-hangat nya dibicarakan. Apakah karena langkah manuvernya mengundurkan dari dari jabatan menteri pada saat itu, atau kata sebagian besar yang lain, sang presiden –yang dulu merupakan menteri- “merajuk”  kepada presidennya, saya juga tidak terlalu ambil pusing, yang penting saya memilih, saya dapat tinta di jari kelingking, dan pilihan saya? –Sesuai azaz PEMILU, tidak bisa diceritakan menang atau tidak-

Tidak terasa sebulan lagi bangsa Indonesia akan berpesta, ya berpesta, sekali lagi berpesta. Pesta demokrasi disebutnya, atau saya boleh katakan pesta kaos baru, makan siang gratis, hiburan dangdut gratis, atribut gratis, stiker-stiker yang ditempel di mobil, bahkan mungkin ada partai yang mengadakan ambulan keliling, atau mungkin perpustakaan keliling, atau bakso keliling? Siapa tahu. Pesta demokrasi yang menyerap biaya ber trilyun trilyun rupiah yang kalo dibelikan kerupuk mungkin bisa menyuplai warteg-warteg yang ada di jakarta selama belasan tahun.

Pesta demokrasi ini disambut sebagian orang dengan suka cita. saya teringat dengan original soundtrack pemilu,

Pemilihan Umum kini menyapa kita

Ayo songsong dengan gembira...

Kita pilih wakil rakyat anggota DPD, DPR, dan DPRD...

Tentu saja ada yang gembira menyambut PEMILU ini, misalnya para pengusaha percetakan, para pengusaha katering, dan mungkin para pengusaha yang mendulang rupiah dari mengumpulkan massa untuk menghadiri kampanye sehingga seolah-olah terlihat kampanye nya ramai. Tentu saja kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Yang jadi pertanyaan kalau  pesta demokrasi ini sudah selesai, apakah rasa suka cita itu tetap bisa bertahan? Yang senang tentu saja yang terpilih, yang tidak terpilih? Sudah banyak kita dengar rumah sakit jiwa menampung caleg stres yang gagal dalam pemilu yang hartanya sudah terkuras habis untuk membiayai kaos gratis, makan gratis, mungkin juga ambulan gratis.

Setelah terpilih, apakah mereka membagi suka cita mereka dengan yang memilih? Ayo kita jujur saja, mungkin ada yang kebagian, ada yang tidak. Mayoritas yang mana? Silakan kita pikir dan jawab sendiri. Yang jelas, pesta demokrasi selalu menyisakan “dekorasi “yang harus dibersihkan oleh rakyat. “Sampah dekorasi” itu mungkin bagi saya berupa keluhan-keluhan yang berisi, “Ah, kemarin janjinya begini. Realisasinya?”, atau , “Sudah menang, saya tetap miskin, sekolah tetap mahal”. Sisa-sisa “dekorasi” itulah yang menjadi sampah yang harus dibersihkan oleh rakyat sendiri. Nah, para caleg terpilih itu kemana? Apakah sibuk menimbun uang untuk mengembalikan modal pesta? Membayar utang katering? Membayar ongkos cetak stiker? Membayar ongkos sablon baju? Ato membayar upah dokter ambulan keliling yang tidak digaji? Ah sudahlah.... silakan kita pikirkan dan jawab sendiri.

Yang jelas, yang namanya pesta selalu diawali dengan kesusahan, dilaksanakan dengan suka cita, dan diakhiri dengan membersihkan sampah sisa. Saya tetap menyarankan kita semua untuk memilih. Apakah semua calon buruk? Tentu saja tidak. Pasti ada calon yang baik. Kalau kita tidak memilih? Bagaimana kita bisa menonjolkan calon yang baik itu? Yang kita berharap akan kebaikannya setelah terpilih?

Akhir kata, sebulan lagi pesta demokrasi. Semua bersuka ria dalam pesta, tapi semoga rakyat tidak perlu lagi membersihkan “sampah dekorasinya.”

Tetap semangat, dan terus belajar!!

Pemilihan Umum Kini Menyapa Kita
Ayo Sosong Dengan Gembira
Kita Pilih Wakil Rakyat Anggota DPD, DPR dan DPRD
Mari Mengamalkan Pancasila
Undang-Undang Dasar 45
Memilih Presiden Dan Wakil Presiden
Tegakkan Reformasi Indoneisa

Laksanakan Dengan Jujur Adil Dan Cermat
Pilih Dengan Hati Gembira
Langsung Umum Bebas Rahasia
Dirahmati Tuhan Yang Maha Esa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline