Lihat ke Halaman Asli

David Moyes Terjebak dalam Bayang-bayang Alex Fergusson

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1382752663772795194

[caption id="attachment_297156" align="aligncenter" width="500" caption="Illustrasi oleh bangherman"][/caption] 9 Mei 2013, David William Moyes, yang saat itu masih menjadi manager Everton FC, secara resmi diumumkan sebagai manajerManchester United yang baru, menggantikan Sir Alex Fergusson, yang mengundurkan diri setelah 26 tahun menukangi  Setan Merah. Faktor kedekatan ditengarai sebagai salah satu alasan utama Sir Alex memilih  Moyes sebagai suksesornya.Mereka berdua berasal dari kota yang sama, Glasgow, Skotlandia dan saat remaja bermain di klub yang sama ,Drumchapel Amateur Football Club,yang kala itu dilatih  David Moyes Sr, ayah David Moyes. Bahkan kedua ayah mereka bekerja di tempat yang sama, di sebuah galangan kapal di Glasgow. Namun yang pasti, Sir Alex dan jajaran manajemen MU  memiliki pertimbangan tersendiri dalam mengambil keputusan ini. Di awal musim kompetisi Premier League 2013/2014, David Moyes mampu  membuktikan kapasitasnya. Pada partai perdana, bermain di Liberty Stadium, kandang Swansea  City, MU menang telak 1-4. Setelah sebelumnya di Community Shield mereka menang atas  Wigan dengan skor 2-0. Sontak optimisme melambung di kalangan fans Setan Merah. Namun optimisme fans tiba-tiba berubah, setelah di matchday ketiga MU ditekuk seteru abadinya, Liverpool 1-0, dan kemudian  di matchday kelima dilibas rival sekotanya, Manchester City dengan skor mencolok 1-4. Alunan lagu "In Moyes We Trust" yang biasa dinyanyikan fans  tidak lagi terdengar merdu, bahkan semakin parau,  setelah di matchday keenam, di markas sendiri ,Old Trafford , dijadikan bulan-bulanan oleh West Bromwich Albion, dan MU menyerah 1-2. Benar-benar September yang kelabu. Namun semua itu belum berakhir, lagi-lagi MU harus kehilangan poin di kandang sendiri, dengan ditahan imbang 1-1 oleh Southampton di matchday ke delapan, sehingga sampai pekan ini (25/10/2013), MU berada di peringkat ke 8 klasemen Liga Inggris dengan koleksi 11 poin, hasil dari 3 kali menang 2 kali seri dan kalah 3 kali. Penampilan MU di pentas Liga Champion justru sebaliknya, terhitung cukup baik,sampai hari ini masih memimpin klasemen Grup A, dengan poin 7, hasil dari 2 kali menang , masing-masing atas Bayer Leverkusen 4-2, dan Real Sociedad 1-0, dan sekali seri dengan Shakhtar Donetsk 1-1. Keraguan akan kemampuan kepelatihannya mulai terdengar disana-sini. Konflik internal bermunculan, keputusan Moyes mengganti staff pelatih MU warisan Sir Alex dengan staff pelatih Moyes semasa di Everton-pun dijadikan kambing hitam. Para pemain mengeluhkan metode latihan yang baru, bahkan Van Persie dan Rooney secara eksplisit merasa keberatan. Mereka merasakan latihan fisik yang diterapkan terlalu berat, sehingga rentan cedera. Bukan hanya Van Persie  saja yang merasa kurang bahagia, Shinji Kagawa menyatakan,para pemain tidak bisa enjoy dan bermain lepas., Michael Carrick mengeluhkan inkonsistensi permainan tim. Dan Moyes sampai saat ini belum menemukan formasi starting XI yang ideal. Kebijakan transfer sedikit banyak memberi efek buruk bagi Moyes. Dari tiga pemain yang dibidik di jendela transfer musim panas ini , Ander Hererra, Mesut Oezil dan Cesc Fabregas, tidak satupun terealisasi. Fellaini akhirnya bisa direkrut, namun sama sekali tidak dapat membantu mengangkat performa tim. Dengan berbekal squad yang ada sekarang, ditambah setumpuk masalah internal tim, nampaknya berat bagi MU untuk bersaing mejadi juara Premiere League musim ini.Mengingat pesaing lain seperti Chelsea, Arsenal, Tottenham , Manchester City dan Liverpool telah menunjukkan performa yang meningkat. Jendela transfer Januari nanti jadi kesempatan berharga bagi MU untuk menambah kekuatannya.Dibutuhkan pemain-pemain berkelas dunia untuk mendobrak kebuntuan dan mengangkat performa tim. Pada akhirnya hanya tiga hal yang membedakan MU musim lalu dan saat ini : pemain yang direkrut Moyes, staff pelatih yang dipekerjakan Moyes, dan David Moyes sendiri. Menarik kita tunggu, bagaimana cara David Moyes melepaskan diri dari belenggu system warisan Sir Alex Ferguson yang sudah mengakar selama 26 tahun Manchester United. "so come on David Moyes, play life Fergie boys, we go wild wild wild, we go wild wild wild (In Moyes We Trust)."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline