Lihat ke Halaman Asli

Helmi Abu Bakar elLangkawi

Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Keuchik Blang Dalam Taklukkan DTD Ansor Pijay di Usia Jelang Seabad, Instruktur Apresiasinya

Diperbarui: 30 Januari 2025   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keuchik Mukhtar dengan Waled NU (Dokpri) 

Nun jauh di dekat perbukitan ada sebuah kluster kecil atau disebut dengan Gampong yang telah banyak melahirkan banyak tokoh, intelektual ulama, serta kampium banyak lintas tepatnya Blang Dalam, Bandar Dua, Pidie Jaya, terdapat sosok yang membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk terus belajar dan mengabdi. Keuchik Mukhtar, seorang pemimpin desa (Keuchik) yang telah melewati masa mudanya, tampil sebagai inspirasi ketika berhasil menyelesaikan Diklat Terpadu Dasar (DTD) III Ansor Pidie Jaya, sebuah pelatihan kader yang dikenal berat dan penuh disiplin. Di usia senja, ia tetap teguh, menjalani setiap proses hingga akhir, sementara peserta lainnya, termasuk seorang keuchik, terpaksa harus menyerah di tengah jalan.
S

ebuah kisah inspiratif lahir dari tanah Blang Dalam, Bandar Dua, Pidie Jaya. Sosok Keuchik Mukhtar, seorang pemimpin desa yang sudah memasuki usia lanjut, berhasil menuntaskan Diklat Terpadu Dasar (DTD) III Ansor Pidie Jaya pada 26-28 Januari 2025 yang digelar di SMKN 1 Bandar Dua.. Program pengkaderan yang dikenal dengan disiplin ketat dan tantangan berat ini tidak hanya membentuk fisik dan mental peserta, tetapi juga melibatkan aspek spiritual yang mendalam. Meski usianya tidak lagi muda, tekad dan keikhlasan Keuchik Mukhtar membuktikan bahwa pengabdian tidak pernah mengenal batas usia.

Ironisnya, di antara peserta lainnya, termasuk salah seorang keuchik yang juga mengikuti pelatihan, ada yang harus menyerah sebelum garis akhir. Namun, Keuchik Mukhtar tetap bertahan hingga tuntas, menjadikannya simbol ketangguhan dan dedikasi.

Awal Mula yang Biasa-Biasa Saja

Seperti banyak pemimpin desa lainnya, Keuchik Mukhtar awalnya menganggap pelatihan ini sebagai formalitas. Ia mengikuti DTD III Ansor dengan pemikiran sederhana: untuk menjalankan tugas dan memberikan contoh kepada masyarakat yang dipimpinnya. Namun, setelah hari pertama berlalu, pandangannya berubah drastis.

"Awalnya saya pikir ini hanya program biasa, tetapi ternyata ini jauh lebih berat. Dari baris-berbaris, latihan fisik, hingga waktu istirahat yang sangat minim, semua ini benar-benar menguji kemampuan," ungkapnya dengan nada rendah hati.

DTD III Ansor dirancang dengan metode semi-militer. Latihan ini melibatkan instruktur profesional yang bekerja sama dengan aparat Polsek setempat. Para peserta tidak hanya dilatih baris-berbaris, tetapi juga diajarkan bertahan dalam kondisi sulit, menjaga kedisiplinan, hingga menghadapi simulasi pengambilan keputusan darurat.

Namun, tantangan fisik hanyalah satu bagian dari proses. Ada dimensi lain yang lebih dalam, yaitu spiritualitas dan penguatan mental. Keuchik Mukhtar menyadari bahwa di balik semua latihan fisik yang berat, ada pesan moral yang ingin disampaikan: seorang kader harus memiliki ketaatan, keikhlasan, dan kemampuan untuk menghadapi berbagai ujian hidup.

Kuncinya Ada pada Niat Tulus

Ketika ditanya apa yang membuatnya mampu bertahan di tengah tantangan berat, Keuchik Mukhtar menjawab dengan singkat, "Niat."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline