Masrur atau Gus Masrur juga ada yang memanggil Tgk Masrur termasuk Pak Dos Masrur, sosok pria yang cepat berbaur dalam pergaulan dan hampir banayak orang dan kalangan mengenal baik di tingkat daerah, regional dan nasional berkat pergaulan dan pengalamannya dalam berorganisasi khususnya nahdhiyin (Ansor).
seorang sosok yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pergerakan Islam dan politik di Aceh dan Pidie Jaya, khususnya dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Berkiprah dalam Gerakan Pemuda (GP) Ansor, ia dikenal sebagai salah satu tokoh muda yang berhasil memadukan kiprah di ranah politik praktis dengan semangat kebangsaan dan keagamaan yang kuat.
Tidak hanya berperan dalam organisasi kepemudaan Islam, Masrur juga telah menorehkan prestasi dalam dunia politik, terutama sebagai penyelenggara pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada), serta dalam dunia akademik ketika menakhodai Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) di Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Samalanga, yang kini telah menjadi Universitas Islam Al-Aziziyah Indonesia (UNISAI).
Tgk Masrur, atau sering kali dipanggil Gus Masrur alumni Dayah Darul Falah Lueng Teungoh Ulee Glee Pijay, memiliki latar belakang yang kuat dalam pendidikan pesantren dan NU, mengikuti jejak seniornya, Gus Asnawi, Ketua PW Ansor Aceh yang juga alumni Dayah MUDI Samalanga. Di sisi lain, peran istrinya, Zurriyah, yang juga merupakan seorang guru, sangat mendukung kesuksesannya dalam menjalankan berbagai tugas dan amanah di berbagai bidang.
GP Ansor dan Kiprah Politik
Masrur memulai kariernya di GP Ansor, sebuah organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang dikenal dengan militansinya dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang moderat, nasionalisme, serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Melalui GP Ansor, Masrur tidak hanya belajar tentang pentingnya memelihara ajaran Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah), tetapi juga mendapatkan pengalaman berorganisasi dan berdiplomasi yang kemudian berguna dalam kiprah politiknya. Gus EM (Gus M) dalam karir Ansor pernah menjadi Wakil Sekretaris PW Ansor Aceh dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya. Selain itu satu hal perlu dicatat kalangan nahdhiyin, Gus M sosok tangan dingin yang menghidupkan kembali Ansor Aceh yang pernah mati suri dan vakum.
GP Ansor Aceh, di bawah kepemimpinan Gus Asnawi, menjadi wadah bagi kader-kader muda NU untuk berkiprah di bidang sosial, politik, dan agama. Masrur, sebagai salah satu kader terbaik, banyak belajar dari sosok Gus Asnawi yang juga berasal dari Dayah MUDI Samalanga, salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Aceh. Kebersamaan dengan Gus Asnawi memberikan Masrur pemahaman yang lebih mendalam tentang peran ulama dan santri dalam menjaga tradisi, serta pentingnya peran organisasi kepemudaan dalam menghadapi tantangan modernisasi.
Setelah beberapa waktu aktif di GP Ansor, Masrur mulai merambah ke dunia politik, terutama di bidang penyelenggaraan pemilu. Pengalamannya sebagai anggota Panwaslih (Panitia Pengawas Pemilu) dan KP (Komisi Pemilihan) menjadi bukti nyata kiprahnya di sektor ini. Dia terlibat dalam beberapa kali penyelenggaraan pemilu dan pilkada, baik di tingkat lokal maupun provinsi, yang memberikannya pengalaman berharga dalam mengawasi dan memastikan proses demokrasi berjalan dengan baik, transparan, dan adil. Saat ini, Gus Masrur berperan sebagai salah satu anggota penting di Komisi Independen Pemilihan (KIP) Pidie Jaya, memperkuat reputasinya sebagai figur yang mampu menjaga integritas dalam dunia politik.
Pengabdian di Dunia Pendidikan: UNISAI
Selain kiprah politiknya, Masrur juga dikenal sebagai akademisi yang pernah memimpin LPPM di IAI Al-Aziziyah Samalanga. Pada masa itu, kampus tersebut sedang bertransformasi menuju status universitas, hingga akhirnya menjadi Universitas Islam Al-Aziziyah (UNISAI). Dalam masa kepemimpinannya di LPPM, Masrur berhasil membawa kampus ini ke kancah nasional, salah satunya dengan berhasil meloloskan penelitian tingkat nasional pertama kali dari dosen kampus tersebut.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari dedikasinya yang luar biasa terhadap pengembangan pendidikan, terutama di wilayah Samalanga yang dikenal sebagai "kota santri." Masrur juga dikenal sebagai sosok yang mampu memadukan antara pemikiran tradisional pesantren dengan tuntutan akademis modern, sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh banyak tokoh muda. Kemampuannya dalam menyelaraskan dua dunia ini menjadi kunci penting dalam kesuksesan transformasi IAI Al-Aziziyah menjadi UNISAI.
Keturunan Ulama dan Pengaruh Permaisuri Zurriyah
Keberhasilan Masrur tidak dapat dipisahkan dari latar belakang keluarganya. Ia merupakan salah satu keturunan dari Tgk Chik di Luengkeubue, seorang ulama besar asal Samalanga yang memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan pendidikan Islam di Aceh. Garis keturunan ulama ini memberikannya fondasi yang kuat dalam memegang teguh nilai-nilai agama dan tradisi. Sebagai keturunan ulama, Masrur membawa tanggung jawab moral untuk meneruskan perjuangan keluarganya dalam menjaga dan mengembangkan syiar Islam di Aceh.
Tidak hanya itu, peran istrinya, Zurriyah, yang juga seorang guru, sangat signifikan dalam perjalanan karier dan kesuksesan Masrur. Zurriyah adalah sosok yang berdiri di belakang Masrur, mendukung setiap langkahnya, baik di ranah politik, organisasi, maupun akademik. Sebagai seorang guru, Zurriyah memahami pentingnya pendidikan dan selalu mendorong Masrur untuk terus belajar dan berkembang. Peran Zurriyah tidak hanya sebagai istri yang setia, tetapi juga sebagai partner intelektual yang membantu Masrur dalam menghadapi berbagai tantangan, baik di dalam maupun di luar organisasi.
Gus Masrur: Sosok Nahdhiyin Punggawa Kordiv Hukum dalam Penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada
Gus Masrur adalah salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki kontribusi signifikan dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada, terutama di Aceh. Dikenal dengan kecerdasannya dalam menguasai hukum kepemiluan, Masrur telah beberapa kali dipercaya sebagai komisioner di Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) dan Komisi Independen Pemilihan (KIP). Dalam setiap kesempatan, divisi hukum selalu menjadi pilihan utama baginya karena kemampuan dan penguasaannya yang mendalam terhadap regulasi Pemilu dan Pilkada. Keberhasilannya dalam menjalankan tugas membuatnya menjadi sosok rujukan bagi para penyelenggara Pemilu, terutama KIP Aceh.
Saat ini, Masrur berkiprah di Komisi Independen Pemilihan (KIP) Pidie Jaya. Sebagai salah satu penyelenggara pemilu, ia memiliki tugas penting untuk memastikan bahwa setiap tahapan pemilu dan pilkada berjalan dengan lancar, adil, dan transparan. Dalam konteks politik yang sering kali penuh dengan dinamika, Masrur mampu menjaga integritasnya sebagai penyelenggara pemilu yang netral dan berkomitmen pada prinsip-prinsip demokrasi. Gus Masrur kini menjabat dua periode sebagai Komisioner KIP Pijay mulai 2018-2023 dan 2023-2028.
Pengalaman Masrur di Panwaslih dan KP memberikannya keahlian yang mumpuni dalam mengelola pemilu dan mengatasi berbagai permasalahan yang muncul selama proses berlangsung. Salah satu pencapaian pentingnya adalah kemampuannya dalam menjaga kestabilan politik di Pidie Jaya selama masa-masa krusial pemilu dan pilkada, di mana ia sering kali menjadi mediator antara pihak-pihak yang berselisih.
Sebagai seorang santri dengan latar belakang pendidikan agama yang kuat, Gus Masrur membawa pendekatan yang khas dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara Pemilu. Lahir dan dibesarkan dalam tradisi Nahdlatul Ulama, ia memegang teguh prinsip-prinsip kejujuran, amanah, dan integritas. Prinsip-prinsip inilah yang menjadikannya komisioner yang dapat diandalkan dalam memastikan setiap proses Pemilu dan Pilkada berjalan sesuai dengan aturan.
Di setiap periode penugasannya, Masrur selalu dipercayakan untuk memimpin divisi hukum, baik di Panwaslih maupun KIP. Kecakapannya dalam membaca dan menafsirkan regulasi Pemilu membuatnya memiliki keunggulan yang diakui oleh rekan-rekannya. Hal ini tidak hanya membuat divisi hukum menjadi tulang punggung lembaga tempat ia bertugas, tetapi juga memastikan bahwa penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada dapat berjalan secara adil, transparan, dan sesuai hukum.
Sebagai punggawa divisi hukum, Masrur bertanggung jawab dalam mengawasi jalannya Pemilu, menangani sengketa, dan memastikan setiap proses berjalan dengan prinsip-prinsip hukum yang telah ditetapkan. Di Panwaslih, ia berhasil mengawal banyak sengketa Pemilu dengan cara yang tepat dan bijak, sehingga tidak menimbulkan gejolak politik yang berlebihan. Di KIP, perannya dalam menjaga integritas hukum Pemilu sangat diakui, terutama di wilayah Aceh yang memiliki dinamika politik tersendiri.
Keunggulan dalam Menguasai Hukum Kepemiluan
Salah satu faktor yang membuat Gus Masrur selalu dipilih untuk memimpin divisi hukum adalah penguasaannya yang mendalam terhadap hukum Pemilu dan Pilkada. Ia memahami secara detail setiap regulasi yang ada, mulai dari tahapan Pemilu, prosedur penyelenggaraan, hingga penyelesaian sengketa. Kemampuannya ini menjadikannya sosok yang selalu dijadikan rujukan oleh rekan-rekannya, baik di Panwaslih maupun KIP.
Para penyelenggara Pemilu di Aceh, khususnya KIP, sering kali meminta pendapat atau arahan dari Masrur terkait permasalahan hukum yang mereka hadapi. Pengalamannya dalam menangani berbagai sengketa, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, menjadikannya tokoh yang dihormati. Ia mampu memberikan solusi yang tidak hanya sesuai dengan hukum, tetapi juga mempertimbangkan situasi politik dan sosial yang terjadi di lapangan.
Keunggulan ini tidak datang dengan mudah. Masrur adalah sosok yang selalu berusaha memperdalam pengetahuannya tentang hukum Pemilu. Ia rajin membaca regulasi terbaru, mengikuti pelatihan-pelatihan terkait Pemilu, dan terus berinteraksi dengan para pakar hukum lainnya. Hal ini membuatnya selalu up-to-date dengan perubahan-perubahan aturan yang sering kali terjadi menjelang Pemilu dan Pilkada.
Pengaruh dan Peran Gus Masrur Sebagai Rujukan Kordiv Hukum di Aceh
Sebagai sosok yang berpengaruh dalam penyelenggaraan Pemilu di Aceh, Gus Masrur tidak hanya berperan sebagai komisioner, tetapi juga sebagai guru bagi para penyelenggara lainnya. Banyak rekan-rekannya di KIP maupun Panwaslih yang menjadikan Masrur sebagai rujukan ketika menghadapi permasalahan hukum yang kompleks. Mereka sering kali bertanya kepadanya mengenai interpretasi regulasi atau langkah yang harus diambil dalam menangani suatu kasus.
Masrur selalu memberikan bimbingan yang jelas dan solutif. Ia tidak hanya mengedepankan aspek hukum, tetapi juga mempertimbangkan dinamika sosial dan politik yang terjadi di daerah. Kemampuan Masrur untuk melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang inilah yang membuatnya disegani. Ia mampu memberikan keputusan yang tidak hanya adil secara hukum, tetapi juga diterima oleh semua pihak.
Pengaruh Masrur dalam penyelenggaraan Pemilu di Aceh tidak dapat dipungkiri. Ia menjadi figur sentral dalam menjaga integritas proses Pemilu, memastikan bahwa semua berjalan sesuai aturan yang berlaku. Sebagai seorang Nahdhiyin, Masrur juga selalu mengedepankan prinsip-prinsip keadilan sosial, yang menjadi nilai dasar perjuangan NU. Prinsip ini tercermin dalam setiap keputusan yang ia buat, baik di Panwaslih maupun KIP.
Selain itu, Gus Masrur sosok yang murah alias phue jarou, setiap ada masalah dan problema yang dihadapi sahabat komisioner KIP juga pihak lainnya, tidak segan untuk membantunya. Hampir semuanya sebagaimana yang diharapkan. Itu berkat jejaringan pengabdiannya sebagai Nahdliyyin hingga kota Batavia Jakarta
Keberhasilan dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu: KIP vs Panwaslih: 2-0?
Selama kariernya sebagai komisioner, Masrur telah berhasil menangani berbagai sengketa Pemilu dan Pilkada dengan baik. Di Panwaslih, ia berhasil menyelesaikan sengketa-sengketa yang melibatkan banyak kepentingan politik tanpa menimbulkan konflik berkepanjangan. Keberhasilannya ini menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola situasi yang penuh tekanan.
Di KIP khususnya KIP Pidie Jaya, peran Masrur dalam menyelesaikan sengketa Pemilu juga sangat menonjol bahkan Pemilu tahun 2024 pernah dua kali divonis bersalah oleh Panwaslih Pidie Jaya namun bekat kepiawannya sebagai Kordiv Hukum mampu ''menghipnotis" Bawaslu RI hingga memutuskan KIP Pijay tidak bersalah, akhirnya Fajri Cs harus mengakui ''kekalahannya'' yang juga ''musuh bebuyutan'' dalam dunia politik meskipun keduanya kader Ansor dan Nahdhiyin. Ia selalu mengedepankan pendekatan hukum yang tegas namun tetap fleksibel, sehingga pihak-pihak yang terlibat dapat menerima keputusan yang diambil. Keberhasilannya dalam menyelesaikan sengketa ini tidak hanya menambah kepercayaan masyarakat terhadap KIP, tetapi juga memperkuat posisi hukum dalam penyelenggaraan Pemilu.
Gus Masrur adalah salah satu sosok penting dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada di Aceh. Keahliannya dalam menguasai hukum Pemilu menjadikannya punggawa di divisi hukum setiap kali ia bertugas sebagai komisioner. Pengaruhnya tidak hanya dirasakan di dalam lembaga tempat ia bertugas, tetapi juga oleh para penyelenggara Pemilu lainnya, khususnya di Aceh.
Sebagai seorang Nahdhiyin, Masrur memadukan prinsip-prinsip keislaman dengan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Integritas dan kejujurannya menjadi teladan bagi para penyelenggara Pemilu, sementara penguasaannya terhadap regulasi Pemilu membuatnya selalu menjadi rujukan utama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hukum. Keberhasilan Gus Masrur dalam memimpin divisi hukum di Panwaslih dan KIP Pidie Jaya adalah bukti bahwa santri dapat berkontribusi besar dalam menjaga demokrasi di Indonesia.
Masrur adalah sosok yang pantas dijadikan panutan bagi generasi muda, terutama dalam hal memadukan peran antara organisasi keagamaan, politik, dan pendidikan. Kiprahnya di GP Ansor, Panwaslih, KP, dan KIP Pidie Jaya, serta kontribusinya dalam pengembangan UNISAI Samalanga, menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia politik dan pendidikan di Aceh.
Di balik setiap kesuksesan, ada sosok istri yang setia mendukung. Dalam hal ini, Zurriyah, dengan segala perannya sebagai guru dan partner intelektual, menjadi salah satu pilar penting di balik keberhasilan Masrur. Keterlibatannya dalam organisasi NU dan kepemimpinan di KIP Pidie Jaya menunjukkan bahwa Masrur bukan hanya sekadar tokoh lokal, tetapi juga seorang pemimpin dengan visi dan dedikasi yang luas dalam melayani masyarakat, agama, dan bangsa.
Dengan garis keturunan ulama dari Tgk Chik di Luengkeubue, Masrur tidak hanya meneruskan tradisi keluarganya, tetapi juga membawa inovasi dan pembaruan dalam setiap peran yang dijalaninya. Masa depan cerah diharapkan dari sosok seperti Masrur, yang terus berjuang demi kemajuan umat dan bangsa, tanpa melupakan akar tradisi yang kuat dalam keagamaan dan pendidikan. Semoga Gus Masrur sesuai dengan namanya yang ditabalkan orang tuanya dengan nama pilihan''Masrur" (membahagiakan), tafaulnya orang tua kelak Masrur yunior yang kini Milad Ke-39, berharap sang orang tua putra sulungnya mampu membahagiakan bukan hanya keluarga juga orang lain. benarkah? Semoga..
Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
Blada Japakeh, Tengah Malam Jelang Pagi, 23 September 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H