Ramadhan sebagai bulan yang mulia dan sejuta keberkahan tentunya menjadi kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw untuk tidak menyisakan kesempatan emas tersebut untuk mengisi dengan ibadah dan amal kebaikan. Kita sudah dua tahun merasakan kehadiran bulan Ramadhan dalam suasana era pandemi Covid-19.
Semangat beribadah dan beramal positif di tengah Pandemi bukanlah penghalang. Ibadah dalam perspektifnya beragam jenis dengan maqasid (tujuan) berharap pahala dan ridha-Nya. Terkadang sebagian kita berasumsi beribadah itu harus direalisasikan dengan shalat, iktikaf, baca Qur'an dan sejenisnya, padahal esensi ibadah itu sangat luas dengan beragam jenis. Bahkan ibadah berkaitan dengan hajat orang lain (orang banyak) itu lebih baik dari pada ibadah yang orientasinya hanya manfaat untuk diri sendiri.
Duduk bersama mengupas program berkaitan dengan kehidupan banyak orang baik dengan musyawarah dan lainnya juga bernilai ibadah. Fenomena dewasa ini di era millenial kerap kita lihat masyarakat membahas permasalahan dan program kehidupan termasuk bertanya seputar problematika hukum Islam juga di lakukan di Warung Kopi (Warkop).
Kehadiran Warkop dalam masyarakat Aceh bukan hanya sekedar melepas rindu dengan sang "kekasih" the black alias Secangkir Kopi terlebih mereka para pecandu kopi namun warkop menjadi pranata multi dimensi dalam menyelesaikan problematika kehidupan baik dimensi agama, sosial, budaya, politik dan lainnya.
Salah satu bukti apa yang dilakukan agamawan muda Pidie Jaya Tgk. Ikhwani, Tgk. Zahari, Tgk. Jafar bersama rekannya duduk bersama mengupas program strategis dalam memajukan Pidie Jaya bermartabat dan berkemajuan.
Kegiatan serupa juga dilakoni masyarakat lainnya diberbagai daerah di negeri Serambi Mekkah ini. Mencicipi secangkir kopi yang merupakan minuman para waliyullah tentunya punya makna tersendiri, dunia kopi dalam perspektif Waliyullah tentunya dijadikan sebagai wasilah dalam beribadah bahkan minum kopi itu ada wirid dan doa tersendiri yang telah disusun para ulama. Tulisan tersebut telah penulis kupas secara panjang lebar dalam judul artikel "Agar Ngopi Berkah, Ini Doa dan Wiridnya Versi Ulama Sufi".
"Sidang munaqasah" Ngopi itu bebas berargumen dan tertawa lepas, sang " promotor" kampus warkop bersama "mahasiswa"nya. Para pecandu kopi terasa bahagia kala secangkir kopi telah merasuki jiwa dan tubuhnya terlebih secara tidak terduga saat minggat dari warkop ada "salam tempel" tidak terduga dari jamaah warkop.
Dahsyatnya secangkir KOPI dalam dimensi "Ketika Otak Perlu Inspirasi" dan realisasi tentunya beragam sesuai kapasitas dan maqam. Umpamanya kaum jomblo seperti Gang Jomblo Aceh seperti di wilayah Meurah Dua Pidie Jaya yang dinahkodai Tgk Boyhaqie, Banda Aceh Tgk. Khairu Sudra, Kota Santri Samalanga dengan ikon jomblo Tgk Suh Aree dan beberapa wilayah lainnya, setidaknya mereka perlu banyak Ngopi (Kopi) dengan senior untuk mengelap berkahnya terlebih menjawab problematika kehidupan dan kejomblowannya. Benarkah demikian? Bek Tuwo Meukopi dan Beribadah..
Tgk. Helmi Abu Bakar el-Langkawi, Ulee Glee, Selasa, 20 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H