Tulisan ini ada kaitannya dengan tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Ketentuan Baru Taspen Kemajuan atau Kemunduran?” yang saya tulis pada tanggal 4 Maret 2014. Mungkin pembaca tidak percaya dengan judul tulisan diatas. Masa iya menulis baru pertama kali di Kompasiana bisa mendapatkan hadiah? Siapa yang memberi hadiah? Kompasiana? Kalau Kompasiana tidak mungkin.
Ini betul-betul terjadi dan saya alami. Hadiah saya terima pada tanggal 13 Maret 2014 sore. Saya terima sendiri, diantar ke rumah lagi. Nah beginilah ceritanya:
Saya tercatat sebagai kompasianer pada tanggal 19 Januari 2014. Sebenarnya sudah lama saya ingin bisa menulis, sejak sebelum pensiun yaitu tepatnya menjelang pensiun. Pada saat menjelang pensiun, kalau sedang membuka internet, sudah mulai mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan tip dan trik menulis, dengan memanfaatkan mesin pencari dari google. Banyak sudah yang saya baca dan berusaha untuk memahami artikel tersebut. Tapi praktek menulis belum sempat.
Setelah memasuki masa pensiun, saya ingin fokus belajar dan praktek menulis. Kalau ke toko buku sudah tidak lagi ke rak-rak buku yang memajang buku teknik sesuai dengan latar belakang saya, namun sudah beralih ke rak buku tentang belajar menulis. Ternyata banyak sekali buku tentang belajar menulis beserta buku tentang ilmu yang berkaitan dengan tulis menulis yang telah ditulis oleh bangsa kita. Beberapa buku saya beli.
Betulkah setelah pensiun saya bisa fokus belajar menulis? Ternyata tidak. Setelah pensiun banyak tawaran untuk menjadi konsultan bebas dibidang teknik yang berkaitan dengan bidang saya. Tawaran saya terima dan saya bekerja sebagai konsultan bidang teknik. Memang habitat saya di bidang teknik, sesuai pengalaman dan yang saya geluti bertahun-tahun. Akhirnya keinginan menjadi penulis terbengkelai walaupun di benak saya sebenarnya masih tersimpan keinginan tersebut.
Mencari kursus tertulis pun sudah pernah saya lakukan. Kursus tatap muka pada saat itu sangat mahal. Pada tahun sekitar 2006 sudah mencapai Rp.2.500.000. Lalu saya menemukan kursus menulis online, biayanya cukup murah dan saya pun ikut.
Apakah saya pernah menulis sebelum menulis di Kompasiana? Terus terang saya belum pernah menulis. Namun saya pernah tulisan suara pembaca 2 kali yaitu di Kompas dan Merdeka. Alhamdulillah keduanya dimuat. Yang di Kompas tentang komplain saya atas pelayanan Speedy, sedangkan yang di Merdeka masalah pelemparan batu ke kereta api yang sedang saya tumpangi di daerah Bekasi, yang dilakukan oleh anak-anak SD masih berseragam merah dan putih.
Memang benar apa yang dikatakan di dalam teori menulis bahwa sepandai atau sehebat apapun pengetahuan kita tentang ilmu menulis tanpa mempraktekkan atau menulis tidak ada gunanya. Kita tidak akan bisa menulis tanpa mempraktekkan teori menulis. Ibarat kita ingin bisa berenang, walaupun teorinya sudah mengerti namun tanpa mempraktekkan, tetap saja tidak bisa berenang. Kita harus praktek menulis, makin banyak praktek makin bagus.
Berdasarkan teori diatas, saya ingin sekali mempraktekkan ilmu menulis yang telah saya peroleh selama ini dengan “praktek menulis”nggak perduli salah maupun jelek. Salah satu sarana yang baik adalah bergabung di Kompasiana. Maka pada tanggal 19 Januari 2014 saya putuskan untuk mendaftar di Kompasiana.
Setelah menjadi kompasianer tetap saja nggak segera membuat tulisan di Kompasiana walaupun saya bertekad untuk menulis di Kompasiana salah ataupun jelek. Judul yang akan ditulis saja nggak punya.
Akhirnya sampai pada suatu kejadian yang memicu saya menulis. Seperti biasa setiap awal bulan saya selalu mengantar isteri ke Carrefoure untuk belanja kebutuhan bulanan. Saat itu adalah tanggal 3 Maret 2014. Sampai di Carrefour saya langsung menuju salah satu ATM untuk mengambil uang tunai. Ternyata kartu ATM saya ditolak karena dana tidak cukup. Saya ulangi lagi dua kali, tetap saja uang tunai tidak keluar. Saya ingat ada ketentuan baru bahwa uang pensiun tidak bisa diambil atau diblokir sebelum yang berhak menerima pensiun melakukan verifikasi data ke bank terkait. Kemudian saya temui isteri saya untuk memberitahukan bahwa kita tidak bisa menarik uang tunai karena diblokir. Saya sempat berpikir untuk membatalkan belanja karena tidak membawa uang tunai. Untunglah di dompet isteri saya ternyata masih ada uang yang diperkirakan masih cukup untuk membayar belanja bulanan.
Selanjutnya saya masuk ke Carrefoure bersama isteri sambil dongkol. Sambil mendampingi isteri, saya masih berfikir kira-kira kesalahan apa sehingga di blokir. SMS dari Bank Mandiri juga sudah saya terima yang memberitahu bahwa uang pensiun bulan Maret 2014 telah masuk direkening saya. Saya juga sudah melakukan verifikasi data ke Bank Mandiri tiga hari sebelum menarik uang. Memang ketentuan yang baru, bagi penerima pensiun diwajibkan untuk hadir di Bank Mandiri tiap bulan untuk verifikasi data. Saya berkata ke isteri saya bahwa kita nanti sehabis belanja harus mampir ke Bank Mandiri Cabang Slipi Jaya untuk minta penjelasan.
Sehabis belanja, kami tidak langsung ke rumah namun ke Bank Mandiri Cabang Slipi Jaya. Dilayani oleh seorang customer service, saya utarakan masalah saya, kenapa rekening saya diblokir padahal saya sudah melakukan verifikasi data 3 hari yang lalu. Setelah mendapatkan penjelasan, menandatangani surat pernyataan untuk membuka blokir rekening, dan pemberitahuan bahwa rekening saya telah dibuka, saya pun pulang. Tentu saja saya mampir ke ATM untuk mengecek apa benar rekening sudah tidak diblokir. Benar sudah tidak diblokir.
Sampai di rumah saya langsung mengambil laptop. Saya ingin mengutarakan apa yang belum terjawab saat waktu di Bank Mandiri tadi. Ingin menuliskan apa yang masih mengganjal di pikiran saya dengan adanya ketentuan baru dari PT Taspen. Akhirnya jadilah tulisan dengan judul “Ketentuan Baru Taspen Kemajuan atau Kemunduran?” yang merupakan tulisan pertama yang saya masukkan di Kompasiana. Tulisan saya upload tanggal 4 Maret 2004.
Tiga hari setelah tulisan tersebut saya masukkan di Kompasiana yaitu tanggal 7 Maret 2004, saya mendapat telepon dari Bank Mandiri. Bank Mandiri berkeinginan untuk mengkonfirmasi tentang tulisan saya di Kompasiana. Saya akui bahwa yang menulis tulisan yang dimaksud adalah tulisan saya. Kemudian mereka menanyakan, apa sudah ada wartawan dari suatu media yang menghubungi saya atau datang kerumah saya. Karena tidak ada seorang wartawan pun yang menghubungi dan datang kerumah maka saya jawab tidak ada. Pada saat ditelepon saya sedang di atas busway dalam perjalanan dari Sawah Besar pulang ke rumah. Kebetulan busway yang saya naiki sudah sangat jelek banget, kayak gerobak, tanpa per (pernya di tulang belakang masing-masing penumpang) suara dalam bis sangat bising banget apalagi banyak lubang di jalan. Saya mohon kepada pihak bank untuk menghubungi saya lagi setelah sampai di rumah karena sangat bising sekali di dalam bis.
Tidak saya duga pada tanggal 13 Maret 2014 sore datang ke rumah dua orang petugas dari Bank Mandiri mendatangi saya di rumah. Setelah berkenalan kemudian mereka menjelaskan maksud dan tujuannya menemui saya di rumah. Pada intinya mereka ingin mendapatkan masukan dari pelanggan demi pelayanan Bank Mandiri yang lebih baik kepada pelanggan, terutama yang berkaitan dengan ketentuan baru dari PT Taspen. Kemudian sebagai kenang-kenangan dan rasa terima kasih pihak Bank Mandiri, diberikan suatu bingkisan kepada saya. Setelah saya buka berisi sebuah mug thermos, jam duduk, dan pulpen yang sangat indah dan cantik. Terima kasih Bank Mandiri.
Karena tulisan saya pertama kali di Kompasiana yang berjudul “Ketentuan Baru Taspen Kemajuan atau Kemunduran?” saya mendapat hadiah. Hadiah berupa bingkisan yang diberikan oleh Bank Mandiri, sebagai kenang-kenangan dan rasa terima kasih atas masukan yang saya berikan. Bukan karena tulisan saya yang bagus. Saya sadar tulisan saya masih jauh dari bagus.
Namun kan tidak salah kalau saya mengatakan bahwa gara-gara tulisan pertama saya di Kompasiana saya dapat hadiah? Coba kalau saya tidak menulis di Kompasiana tentu tidak dapat hadiah. Dan gara-gara tulisan pertama tadi saya menulis tulisan kedua yang sedang anda baca saat ini.
Penulis: Banggito
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H