Lihat ke Halaman Asli

Menuntut Berubah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tanggal 14 maret 2014, waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, seperti biasa inilah waktu saya untuk mengantar anak pertama ke sekolah di TK. Berhubung central kitchen usaha saya (www.ayambabe.com) tidak jauh dari sekolah anak saya, saya menyempatkan diri untuk mengontrol sebentar setelah dari sekolah. Proses memasak ayam yang kami jual di 3 outlet ayam babe memang terpusat di dapur ini. Biasanya karyawan saya sudah berkumpul jam setengah 6 dan mulai bekerja jam 6 pas untuk memasak bumbu, ayam, sambel, dll untuk dikirim ke setiap outlet.

Namun setibanya disana, saya mendapatkan rolling door dapur sebagian besar masih tertutup, ketika saya masuk hanya 2 orang yang sedang sibuk melaksanakan tugasnya. Sementara 3 orang lainnya masih asyik terlelap dengan semua mimpi-mimpi mereka. Ada perasaan kesal dan kecewa sebetulnya, karena kejadian ini bukanlah kejadian pertama, kejadian ini sudah berulang saya temui. Besar harapan saya agar mereka berubah, sering saya memikirkan dan berupaya keras bagaimana cara merubah diri mereka, karena menurut saya kedisiplinan dari 3 orang karyawan ini masih kurang. Namun upaya saya memberikan aturan dan mengingatkan mereka kurang berhasil, setelah saya renungi lebih dalam, ternyata saya sendiri pun masih kurang disiplin terhadap banyak hal. Mungkin itu penyebabnya saya sulit merubah karyawan saya untuk disiplin, karena diri saya juga yang belum bisa disiplin.

Sambil memperbaiki diri saya sendiri, melalui tulisan ini saya ingin mendorong diri sendiri dan sobat semua untuk berkaca bahwa apakah kita sudah berupaya maksimal merubah diri sendiri sebelum kita berharap orang lain berubah?

Kita sering amat berharap dan menuntut orang lain berubah, namun apakah kita lebih sungguh-sungguh menuntut diri sendiri untuk berubah?

Kita sering berpikir dan berupaya keras untuk merubah orang lain, namun apakah kita sudah lebih habis-habisan berupaya merubah diri?

Kita sering jengkel dan kecewa melihat orang lain kurang berubah, namun pernahkah kita amat kecewa dan sedih melihat diri yang tak kunjung berubah?

Kalimat diatas adalah kalimat yang bisa kita jawab dalam hati masing-masing. Melalui tulisan ini saya ingin menekankan bahwa sobat semua sebetulnya tidak bisa merubah orang lain untuk sesuai dengan apa yang sobat inginkan. Mengapa tidak bisa? Jawabannya adalah karena setiap hati manusia ada dalam genggaman Allah dan hanya DIA yang bisa membolak-balikan hati. Saya termasuk orang yang percaya bahwa Allah Maha Kuasa atas semua hal, termasuk urusan hati manusia.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menuntut orang lain berubah? Jawabannya adalah  dengan cara menjadi tauladan yang baik dan mengingatkan dengan berbagai cara yang hikmah. Sesungguhnya tugas terpenting kita adalah menjaga amanah tentang diri kita sendiri, siapa lagi yang bertanggung jawab merubah diri selain diri sendiri.

Kita harus berupaya membantu orang berubah, namun jangan mengabaikan tugas utama kita yaitu memperbaiki diri sendiri. Percayalah siapapun yang gigih memperbaiki diri karena Allah, pada saat yang sama dia sudah berbuat sesuatu untuk memperbaiki orang lain.

Karena mudah bagi Allah memilih diri kita jadi jalan perubahan bagi yang lain, sebagai karunia bagi hambaNya yang bisa memperbaiki dirinya sendiri.

Artikel lain bisa dilihat di bangdafi.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline