Lihat ke Halaman Asli

Bang Casman

Anak betawi yang belajar menulis

Emak

Diperbarui: 20 Januari 2021   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu biasa saja. Matahari masih hadir tepat waktu dan awan masih melekat di langit biru. Aku berjalan ke rumah Emak, hal yang biasa ku lakukan saat libur kerja. Bidadari luar biasa itu selalu sigap menyambutku. Tubuhnya yang tak lagi muda dan kulitnya tidak lagi kencang tetapi senyumnya adalah anugrah terindah bagi dunia. Seperti biasa beliau menyambutku dengan sedikit tergesa, kuraih tangan tua nya dan kucium dengan takzim.

"Udah makan Jan? Emak ambilin Yaa" katanya semangat.

"Gak usah Mak, nanti Ojan ambil sendiri" jawabku dengan senyum. Aku tak mau merepotkan beliau. "Saatnya aku yang melayaninya" pikirku.

"Emak gorengin telor Yaa " katanya lagi.

"Gak usah Mak, nanti aja" jawabku.

"Emak bikinin es teh Yaa " nadanya agak mulai sedikit rendah.

Aku hanya menggeleng dengan tetap tersenyum. Yaa Alloh dari aku kecil sampai sekarang masih saja beliau melayaniku.

Akhirnya Emakku terdiam. Aku mulai terlibat obrolan dengan Kakak dan saudara-saudaraku disana. Sampai aku tersadar ternyata Emak sudah tidak ada di ruang tamu bersama kami. Aku menuju kamarnya dan menemukan dirinya duduk tertunduk. Yaa Alloh, Emak sedang menangis.

"Kenapa Mak? Kok nangis"

"Gak pa-pa" masih sedikit terdengar suara sesegukannya.

"Kenapa Mak? Emak sakit? " tanyaku lagi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline