Sudah menjadi suatu tradisi setiap lebaran, melakukan ziarah kubur setelah shalat ied. Ziarah kubur dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada para kerabat yang sudah pergi mendahului kita. Berbagi kebahagiaan untuk mengingat kebersamaan, menengok tempat peristirahatan terakhir. Masyarakat berbondong-bondong dengan membawa kembang pandan untuk ditaburkan di pusara.
Masyarakat tumplek blek mengunjungi TPU dengan mengenakan baju baru. Di sela-sela ziarah, banyak yang memanfaatkan untuk bersilaturahmi dengan kawan, sahabat dan kerabat yang kebetulan sedang berziarah. Sungguh suatu kesempatan yang langka bisa bertemu dengan mereka, belum tentu kita bertemu walau dengan berjanji terlebih dahulu.
Selepas dari ziarah kubur, di sepanjang jalan kita berjabat tangan saling memaafkan dengan para peziarah. Terdengar saling bersahutan bunyi petasan sebagai pertanda hari raya telah tiba.
Entah sejak kapan petasan dijadikan sebagai tradisi dalam menyambut lebaran. Namun itulah akulturasi budaya yang tercipta untuk memperkaya khazanah kebudayaan kita. Momentum hari raya menjadi perpaduan berbagai tradisi dan kebiasaan masyarakat untuk kebersamaan kita semua.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng^|)