Di zaman masih sekolah dulu era 90-an, musik hanya bisa dinikmati lewat radio atau tape recorder. Pilihan pendengar atau pilpen di radio menjadi favorit untuk meminta lagu dan kirim-kirim salam.
Tetapi tidak semua lagu yang kita inginkan diputar sewaktu-waktu. Pilihan yang bisa memenuhi keinginan kita adalah mendengar lagu lewat tape recorder.
Kaset atau cassete bisa dibeli di toko kaset atau toko elektronik yang menjual kaset. Pada saat itu harga masih terjangkau sekitar 750 - 1.500. Walaupun terjangkau tetapi masih belum terjangkau bagi kantong pelajar, untuk memilikinya kita harus menyisihkan uang jajan berhari-hari.
Di tahun itu yang sedang booming adalah penyanyi-penyanyi melankolis seperti Dian Piesesha, Ria Angelina, Lydia Nathalia, Obbie Messakh dan masih banyak lagi. Lagu Tak Ingin Sendiri, Birunya Rinduku, Birunya Cintaku, Kau Dan Aku Satu, Kangen merajai tangga lagu musik Indonesia.
Pencipta lagu bertangan dingin Obbie Messakh, Pance Pondaag, Judhi Kristianto dan Wahyu OS seakan jadi jaminan lagu hits. Sehingga jagat musik Indonesia dikuasai genre musik itu. Lagunya yang easy going dan musik pop ringan menjadi daya tariknya.
Saking senangnya pada genre musik tersebut sehingga setiap bulan menyisihkan uang jajan untuk membeli kaset. Sehingga setiap ada album baru pasti memilikinya, sehingga koleksnya lengkap.
Saking cinta atau fanatik pada penyanyinya walau belum dengar lagu baru dari album yang belum promo di televisi kita tetap membelinya. Jadi memang lebih pada penyanyinya dari pada lagunya. Kini semua koleksi tersimpan rapi digudang karena tape recordernya nggak ada, jadi sudaj tidak disetel lagi.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H