Kota Tegal menyimpan banyak catatan sejarah dan saksi sejarah berupa bangunan tua bersejarah yang tersebar di beberapa sudut kota. Kota yang punya julukan sebagai Kota Bahari juga dikenal sebagai Kota Pelabuhan karena mempunyai pelabuhan alam sebagai lokasi distribusi pengiriman komoditi yang ada di Tegal dan sekitarnya seperti Gula, Kopi, Teh, Tekstil dan produk lainnya.
Menyusuri jejak kota lama Tegal bisa kita mulai dari pusat kota dengan landmark Gedung Birao atau Semarang Cheriboon Stroomtram (SCS) yang masyarakat lokal menyebutnya "Lawang Satus".
Bangunan berarsitektur Eropa yang dibangun pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda , dibuat oleh arsitektur Henry Maclaine Pont (1884-1971). Arsitektur kelahiran 21 Juni 1884 di Meester Coernelis, Jatinegara, Batavia yang juga menantu Ir. J. Th Gerlings, direktur SCS.
Bangunan berlantai empat yang dirancang tahun 1910 dan dibangun pada tahun 1913 sebagai Kantor Perusahaan kereta api Semarang Cheriboon Stroomtram (SCS) Matschappij, setelah perusahaannya membeli Stasiun Tegal pada 16 September 1895.
Gedung Birao memiliki luas± 7.106 meter, berdiri diatas tanah seluas ± 11.000 meter dengan panjang bangunan ± 120 meter, lebar ± 42 meter dan tinggi ± 36 meter.
Perusahaan transportasi ini melayani trayek perjalanan kereta api dari Semarang hingga Cirebon melalui Pekalongan dan Tegal. Sekarang kita masih bisa menikmati trayek ini lewat kereta api Kaligung dan kereta api Tegal Bahari.
Gedung yang berdiri memanjang dari barat ke timur menghadap selatan menjadi saksi sejarah pergerakan masyarakat Tegal pada masa kemerdekaan di tahun 1945. Tepatnya pada tanggal 10 September 1945 menjadi tempat pengibaran bendera merah putih yang pada waktu itu dilarang.
Saat pengibaran bendera merah putih dijaga ketat oleh pemuda M. Yunus dan rekan-rekan pekerja Pekerja Kereta Api dengan pengawalan ketat masyarakat Tegal dengan senjata alat pertanian dan senjata seadanya. Kisah heroik masyarakat Tegal diabadikan dengan pembangunan Tugu Pancasila Sakti (Panca Sakti).
Di era kemerdekaan pada tahun 1980 Gedung Birao ditempati oleh Universitas Panca Sakti (UPS) Tegal sebagai kampus II. Tidak semua lantai digunakan untuk ruang belajar mengajar tetapi hanya dua lantai yang digunakan. Gedung lantai I digunakan untuk ruang administrasi kampus dan lantai II digunakan tempat perkuliahan dan praktikum mahasiswa.
Dimasa sekarang kawasan ini akan menjadi kawasan wisata heritage seperti halnya kawasan wisata heritage di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan kota lainnya.
Revitalisasi yang dilakukan bukan untuk menggusur kepentingan masyarakat kecil tetapi mengembalikan fungsi kawasan tersebut sebagai kawasan hijau dan aktivitas masyarakat dengan tetap melestarikan bangunan sejarah yang ada sebagai identitas dari sebuah kota.