Kebutuhan museum di Kabupaten Brebes sudah sangat mendesak. Hal ini didasari pada semakin banyaknya temuan fosil dan makin meluasnya wilayah temuannya. Semula hanya di wilayah Bumiayu, Galuh Timur, Tonjing di aliran sungai Glagah kini sudah sampai di Desa Kutamendala. Spesifikasi yang berbeda dari penemuan awal menjadikan wilayah ini menjadi perhatian khusus.
Keberadaan museum di kawasan Galuh Timur bukan semata-mata untuk satu identitas wilayah tetapi lebih pada sebagai upaya penyelamatan peradaban sejarah. Bahwasanya fosil-fosil juga butuh rumah untuk melindungi diri biar nyaman untuk bercerita tentang peradaban masa lampau. Jangan sampai koleksi yang berjumlah ribuan hanya teronggok sebagai benda tak berguna dan akan hilang bukti peradaban purba di wilayah tersebut.
Niat baik belum tentu diterima dengan baik, begitu juga keberadaan Museum Manusia Purba nantinya. Keberadaan museum akan berdampak dan menimbulkan beberapa aspek seperti ekonomi, sosial dan diluar keduanya. Publik hearing yang diselenggarakan Dinbudpar Brebes (23/12/2020) bersama konsultan dari Fakuktas Ilmu Budaya (FIB) UNDIP.
Masukan yang sangat berharga didapat dari peserta yang terdiri dari OPD terkait, Pemdes Galuh Timur, Kalijurang dan pelestari. Bagaimana kerjasamanya nanti antara museum, desa dan Pemkab, peran serta instansi terkait, keberadaan lahan untuk museum, sampai pada UU, Permen, Perbub yang berkaitan dengan museum. Edukasi, cagar budaya, pariwisata dan pemberdayaan masyarakat yang akan merasakan dampak keberadaan museum.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H