Setiap bulan Suro di masyarakat kita marak diselenggarakan ritual pergantian tahun atau yang lebih dikenal dengan sedekah. Sedekah dikondisikan sesuai dimana kita tinggal atau mencari nafkah. Sehingga kita kenal beberapa ritual sedekah, dari sedekah bumi, laut, gunung dan waduk.
Sedekah dimaknai sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia selama setahun. Limpahan karunia karena hasil panen melimpah, tangkapan ikan atau hasil perkebunan.
Ungkapan syukur diungkapkan dengan gunungan yang nanti diperebutkan sebagai simbol keberkahan. Dan untuk sedekah laut atau waduk ada larung saji berupa kepala kerbau dan kambing untuk sang penguasa alam.
Pelaksanaan Sedekah Waduk Malahayu yang rutin dilaksanakan setiap Selasa Kliwon di bulan September harus mundur sampai Oktober. Pelaksanaan secara sederhana hanya menggelar tasyakuran tidak seperti tahun sebelumnya.
Biasanya selain tasyakuran, ada lomba perahu, tangkap bebek dan larung saji. Larung saji dan lainnya tidak dilaksanakan semua diganti dengan restocking atau tabur benih ikan.
Sedekah Waduk Malahayu tahun 2020 menebarkan berbagai jenis ikan yang terdiri dari Nila, Tawes, Bandeng dan Udang Galah sebanyak 212.000. Diharapkan dengan penebaran ini akan menambah volume ikan yang akan memberikan dampak ekonomi bagi nelayan. Waduk Malahayu seluas 750 ha menghidupi nelayan di Desa Malahayu, Karangsari, Bandungsari, Cipajang dan Penanggapan.
Keistimewaan waduk ini tidak ada keramba sehingga tidak mengganggu jalur perahu. Kearifan lokal yang ada setiap nelayan menyisihkan pendapatannya untuk re-stocking ikan.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H