Usia tak menghalangi untuk berhenti beraktivitas, jarak tak menyurutkan tekadnya untuk mengais rezeki. Di usia yang ke-65, Mak Miti masih mencari rezeki dari bada subuh sampai sore menjelang.
Ibu dari tujuh putra-putri dengan enam belas cucu mencari rezeki dengan mencari ikan mendo di Waduk Malahayu. Uang yang didapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan jajan cucu-cucunya.
Bagi Mak Miti, anak dan cucunya adalah segalanya sejak suaminya meninggal dunia. Maka, apapun akan dilakukan untuk membahagiakan mereka.
Bekerja adalah ibadah, membahagiakan keluarga adalah kewajibannya. Maka setiap hari dia berada di sekitar waduk untuk mencari ikan mendo untuk dijual ke pengunjung atau ke pengepul. Tak kurang dari 30.000 dia dapatkan dari hasil penjualan ikan, tetapi kalau lagi baik cuacanya bisa lebih dari 50.000 setiap harinya.
Berapapun hasilnya harus selalu dia syukuri, karena berapa pun yang didapat sudah diatur Allah. Yang terpenting ada usaha dan ikhtiar dari kita, berapa pun yang kita dapat kalau kurang bersyukur maka akan selalu kekurangan. Doa yang selalu dipanjatkan, dia minta selalu diberi kesehatan dan air waduk jangan surut.
Ada hubungan batin yang kuat antara dirinya dan Waduk Malahayu. Dia selalu berada di waduk setiap harinya. Ikan mendo adalah ikan endemik yang hanya ada di situ sehingga sering disebut ikan ktp.
Dari lahir, bermain, besar dan mencari nafkah selalu di situ, ikatan batin dan emosionalnya begitu kental. Maka dia sedih ketika air waduk surut dan kering, karena kehidupan sebagai pencari ikan mendo akan terhenti.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)