Kue Lepet yang disajikan saat lebaran menjadi simbol permintaan maaf atas khilaf yang sengaja atau tidak sengaja selama menjalin hubungan. Baik sebagai teman, relasi, tetangga ataupun sesama manusia. Ikatan yang melilit dimaknai sebagai ikatan silaturahmi yang erat tidak putus serta bahan dasar dari ketan punya makna tetap bersatu dalam jalinan silaturrahmi.
Proses pembuatan dari awal sampai perebusan yang lama seperti proses pembuatan ketupat, menjadi teman saat malam takbiran. Memang malam takbiran tabu tidur sore, makanya membuat lepet dan ketupat dijadikan aktivitas dimalam takbiran.
Kue lepet rasanya gurih dan nikmat karena terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa. Prosesnya beras ketan direndam terlebih dahulu biar tidak membatu saat direbus. Kemudian tiriskan agar kering, campurkan parutan kelapa, garam dan kacang coklat. Bungkus dengan janur dan ikat dengan tutus (ikatan yang dibuat dari bilah bambu) dan rebus antara 4-6 jam. Proses yang lama diharapkan agar lepet bisa bertahan sampai beberapa hari.
Cukup mudah bukan prosesnya, kue lepet menjadi hantaran saat lebaran disertai gula dan teh. Kue lepet sangat lezat dinikmati bersama teh manis atau dimakan begitu saja. Tetapi ketika sudah beberapa hari lepet pun bisa dinikmati dengan cara lain di bakar atau goreng. Jadi jangan dibuang ketika lepet yang kita miliki dan belum sempat dinikmati. Selamat mencoba!. (KBC54|Kompasianer Brebes Jateng|)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H