Puasa hari kedua cuaca begitu cerah membuat semangat yang berpuasa, termasuk juga yang berjualan takjil di pasar tiap sore. Seperti biasa selama puasa ramadhan, depan pasar Sitanggal menjadi pusat kuliner dadakan.
Segala kebutuhan makanan untuk berbuka puasa tersedia disini. Disaat puncak keramaian pengunjung tepat pukul 17.00 wib, tiba-tiba byurrrrr hujan turun dengan derasnya, dan pembeli berlarian mencari tempat berteduh termasuk penjualnya.
Romantika dan dinamika pedagang musiman jika musim penghujan tiba, selalu kalang kabut jika hujan tiba. Bukannya tidak diantisipasi, mungkin karena jangka waktu penjualan yang singkat cuma empat jam. Peneduh yang tersedia hanya untuk penahan panas bukan penadah hujan.
"Sudah resiko berjualan seperti ini, waktu yang terbatas, pangsa pasar yang jelas dan terbatas. Tetapi mau bagaimana lagi sudah resiko usaha, " kata Swempri pedagang chicken.
Bagi penjual makanan yang harian mungkin tidak bermasalah, tetapi pedagang musiman tentu bermasalah. Mau diapakan kolak-kolak itu setelah buka puasa?.
"Biasanya kalau tidak habis kami bagikan ke tetangga-tetangga atau diobral. Ya mau bagaimana lagi resiko pedagang musiman, " kata Esti penjualan takjil.
Semua sudah diatur yang maha kuasa, kita sebagai umat hanya ikhtiar. Hari ini kurang beruntung siapa tahu besok lebih untung. Harus selalu optimis dalam berusaha agar kita semangat dalam menjalani hidup. (KBC54|Kompasianer Brebes Jateng).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H